KATA PENGANTAR
Sadhana, yang berarti “jalan”, di
sini dikhususkan menjadi “jalan menemukan Tuhan”. Di Roma Pater Tony de Mello,
seorang Yesuit asli India, memberikan latihan-latihan doa ini – belum dibukukan
pada waktu itu, desember 1974 – maret 1975 – kepada puluhan peserta dari
berbagai Negara, setiap pagi sekitar ¾ jam.
Karena tanggapan yang begitu
menggembirakan, selain “latihan doa” dalam bahasa inggris, ia masih membuka
latihan lain dalam bahasa spanyol, yang ramai dikunjungi juga. Pada waktu itu
diusulkan kepada Pater de Mello untuk membukukan latihan- latihan doa itu, dan
menerbitkan untuk umum.
Selama beberapa tahun satu dua
orang pergi ke Poona ( India ) untuk belajar doa itu di pusat “Sadhana” di
bawah bimbingannya. Satu kali Pater de Mello sendiri datang ke Indonesia 10 –
18 oktober 1976, memimpin “latihan doa” di Girisonta untuk kelompok kecil.
Sesudah itu masih ada saja orang mengunjungi Istitut “Sadhana” di Poona untuk
menimba kekayaan yang disalurkan lewat doa-doa, seperti diajarkan dalam buku
ini.
Perhatian dan Permintaan akan
doa-doa ini menjadi lebih luas di kalangan umat, karena sikap dan cara dirasa
baik dan sesuai bagi kebudayaan timur dan khususnya kebudayaan katolik di
Indonesia. Kita masih mencari-cari ekspresi doa yang berisikan saluran murni
dari tradisi kristiani Barat-Timur sepanjang jaman, dan diungkapkan dalam
cara-cara yang mudah dapat membudaya di lingkungan kita.
Semoga sumbangan Pater de Mello,
kelahiran Goa yang berabad-abad bertradisi katolik itu, dapat membuka arah baru
untuk menemukan kepribadian kita sendiri di bidang doa.
PENDAHULUAN
Lima belas tahun terakhir ini
saya bertugas sebagai pemimpin retret dan pembimbing rohani membantu orang
untuk berdoa. Saya mendengar banyak keluhan: orang tidak tahu bagaimana caranya
berdoa. Bagaimanapun mereka berusaha, kelihatan tidak ada kemajuan. Rasanya doa
membosankan dan mengecewakan. Saya banyak mendengar pembimbing rohani
menyatakan tidak berdaya, kalau sampai pada soal bagaimana mengajar orang
berdoa, atau lebih jelasnya, bagaimana mencapai kepuasan dan perkembangan dalam
doa.
Hal ini selalu mengherankan saya,
sebab saya cukup mudah dapat menolong orang berdoa. Hal ini tidak saya
hubungkan melulu dengan karisma, yang saya miliki. Hal ini saya hubungkan
dengan beberapa dasar sederhana, yang saya ikuti untuk doa saya sendiri dan
untuk membimbing orang lain berdoa. Salah satu dasar menyatakan, bahwa doa itu
suatu latihan yang membawa perkembangan dan memberi kepuasan, dan memang banyak
kita mencari ini semua dalam doa. Dasar lain menyatakan bahwa doa itu harus
lebih dilakukan dengan hati daripada dengan budi. Memang semakin cepat doa
bebas dari pemikiran kepala, semakin jadi menyenangkan dan bermanfaat.
Kebanyakan Imam dan religius menyamakan doa dengan berpikir-pikir. Itu gagasan
mereka.
Seorang rekan Yesuit bercerita
kepada saya, bahwa ia menghubungi seorang guru Hindu untuk mendapatkan
pengarahan dalam hal doa. Guru itu berkata: Pusatkan perhatinmu pada
pernafasan. Rekan saya langsung melakukan itu selama 5 menit. Lalu Guru
berkata:“Udara yang anda hirup itu Tuhan. Anda menghirup Tuhan dan
menghembuskan –Nya. Sadarilah itu dan bertahanlah dalam kesadaran itu”. Rekan
saya dalam pikirannya melakukan penyesuaian teologi sedikit terhadap pernyataan
tadi, lalu menjalankan perintah guru: Berjam-jam, hari demi hari dan ia kagum
menemukan bahwa berdoa itu dapat menjadi sederhana seperti bernapas saja;
menghirup dan menghembuskan udara. Dalam latihan ini ia mengalami pendalaman
dan kepuasan, serta mendapatkan santapan rohani, yang tidak pernah ia peroleh
selama berjam-jam, bertahun-tahun berdoa.
Latihan-latihan yang saya uraikan
dalam buku ini, hampir serupa dengan pengarahan guru hindu, yang sejak itu
tidak pernah saya jumpai atau dengar kabarnya lagi. Saya juga mempunyai
beberapa pendapat tentang doa, tetapi ini baru akan saya jelaskan bersama
dengan latihan-latihannya nanti, bagaimana itu mendasarinya.
Sering latihan-latihan ini saya
berikan keepada beberapa kelompok orang, semacam “kelompok doa” atau lebih
tepat “kelompok samadi”. Beda dengan anggapan umum, kelompok samadi itu memang
mungkin. Memang dalam situasi tertentu,samadi lebih berhasil dilakukan bersama
/ berkelompok dari pada sendirian / perorangan. Saya tulis latihan-latihan ini
dengan bentuk dan bahasa hamper sama seperti yang saya berikan kepada orang
dalam kelompok. Kalau anda ingin mengadakan “kelompok samadi” dan mengunakan
buku ini sebagai pegangan, anda hanya tinggal mengambil teks ini untuk setiap
latihan dibaca perlahan-lahan, dan kerap kali berhenti cukup lama,terutama pada
tempat-tempat yang ditandai dengan titik-titik:……………………….
Melulu membaca teks ini keepada
orang lain belum cukup untuk menjadi pembimbing kelompok samadi yang baik.
Untuk itu anda harus menjadi orang berpengalaman dalam samadi lebih dulu. Anda
sendiri harus sudah pernah mengalami hal-hal yang anda bacakan kepada orang
lain. Dan anda juga harus memiliki sekedar ketrampilan membimbing orang dalam
bidang rohani. Latihan-latihan ini bukannya mengantikan pengalaman pribadi dan
kemahiran di bidang rohani, melainkan hanya merupakan langkah pertama, yang
niscaya akan membawa manfaat bagi anda dan kelompok. Saya berusaha untuk
menghapus latihan-latihan yang memerlukan bimbingan seorang ahli di bidang doa.
Dan bila ada bahaya bahwa suatu latihan akan merugikan, saya akan menunjukan
hal ini dan memberikan sarana untuk mencegah,
Saya persembahkan buku ini kepada
Santa Perawan Maria, yang bagi saya selalu merupakan tokoh samadi atau teladan
kontemplasi. Bahkan lebih dari itu, saya yakin, bahwa Ibu inilah yang menjadi
Perantara rahmat, yang dianugerahkan kepada saya dan banyak orang lain, yang
membimbing dalam doa dan kiranya tanpa Dia tidak akan kita terima.
Latihan 1:
KEKAYAAN DALAM KEHENINGAN
“Keheningan itu wahyu agung” kata
Lao-Tse. Kita bias memikirkan Kitab Suci sebagai wahyu Tuhan. Dan memang
demikian!
Saya sekarang ingin anda dapat
menemukan wahyu yang tersimpan dalam keheningan. Untuk meresapi wahyu, yang
datang lewat Kitab Suci, anda harus membuka hati terhadap Kitab Suci. Untuk
meresapi wahyu, yang datang lewat keheningan, anda harus mencapai keheningan
lebih dahulu. Dan ini tidak mudah. Marilah kita mencoba ini dalam latihan
berikut:
Saya ingin anda masing-masing
mengambil sikap yang sesuai.
Pejamkan mata.
Sekarang saya mengajak anda untuk
hening-diam selama sepuluh menit.
Pertama-tama anda mencapai
keheningan, keheningan yang mutlak menyeluruh, meliputi budi dan hati. Kalau
sudah mencapai ini, anda membuka diri terhadap apa yang datang lewat
“pewahyuan”(penyingkapan)
Sesudah sepuluh menit saya akan
mempersilahkan anda membuka mata, dan bila rela, berbagi-rasa dengan kita: apa
yang telah anda lakukan dan anda alami selama sepuluh menit itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dalam berbagi rasa dengan kita
semua tentang apa yang anda lakukan dan alami, jelaskan kepada kita, bagaimana
anda berusaha mencapai keheningan dan bagaimana hasilnya.
Uraikan keheningan itu
sedapatnya. Ceritakan, apa yang anda alami dalam keheningan itu. Ceritakan apa
saja yang masuk dalam pikiran dan perasaan selama latihan ini.
Pengalaman orang yang mencoba
latihan ini amat berbeda-beda. Kebanyakan orang menemukan dengan terkejut,
bahwa keheningan itu sesuatu yang mereka tidak biasa. Bahwa apa pun yang mereka
coba, mereka tidak mampu menghentikan pikiran yang terus melayang-layang atau
meredakan gejolak emosi yang mereka rasai di dalam hati. Ada orang lain yang
merasa sudah mendekati batas keheningan, lalu mereka mengalami semacam panik,
kemudian mundur. Keheningan itu kadang-kadang menakutkan.
Tidak perlu putus asa. Bahkan
pikiran yang melayang-layang itu menyingkapkan sesuatu, bukan? Suatu wahyu!
Kenyataan, bahwa pikiran anda melayang-layang, bukankah itu menyingkapkan
(mewahyukan) sesuatu tentang diri anda? Tidak cukup, menyadari hal ini! Anda
harus mengambil waktu untuk mengalami pikiran melayang-layang. Dan bagaimana
jalannya pikiran melayang-layang, itu sendiri mengungkapkan banyak juga. Dan
ada sesuatu yang menarik bagi anda. Kenyataan, bahwa anda sadar akan pikiran
melayang-layang atau akan gejolak di dalam batin atau sadar akan ketidak
mampuan anda untuk menghentikannya,semua itu menunjukan bahwa ada suatu lapisan
keheningan tipis dalam diri anda, namun sekurang-kurangnya cukup untuk
menyadari ini semua!
Sekali lagi pejamkanlah mata anda
dan sadarilah pikiran anda yang melayang-layang …………. Selama dua menit
saja……………………………………………………
Sekarang rasailah keheningan,
yang memungkinkan anda menyadari pikiran yang melayang-layang itu tadi.
Itulah keheningan tipis sekali, yang
ada dalam diri anda; itu hendak kita bangun sepanjang latihan-latihan, yang
akan menyusul ini. Dengan perkembangannya, keheningan akan menyingkapkan lebih
banyak lagi tentang diri pribadi anda. Atau lebih tepat, keheningan akan
menyingkapkan diri anda kepada anda sendiri. Itulah pewahyuan yang pertama,
“diri anda sendiri”. Dan dalam dan lewat pewahyuan ini anda akan mencapai
hal-hal yang dengan uang tak terbeli, hal seperti kebijaksanaan dan kedamaian,
kegembiraan dan……………………..TUHAN.
Untuk mencapai hal-hal yang tak
ternilai harganya ini tidak cukup anda berefleksi, berbicara, bertukar
pendapat. Yang diperlukan itu usaha. Mulailah usaha itu sekarang ini juga.
Pejamkan mata anda. Carilah
keheningan dalam waktu lima menit lagi. Pada akhir latihan amatilah , apakah
kali ini usaha anda lebih berhasil atau kurang.
Amatilah, apa keheningan
menyingkapkan sesuatu kepada anda, yang tadi tidak anda perhatikan.
Jangan mencari-cari, sesuatu yang
serem akan mulai tersingkap dalam keheningan – terang, ilham, ilmu. Malahan
jangan mencari sama sekali. Sebaiknya anda membatasi diri dengan mengamati .
Tampunglah setiap hal, yang timbul dalam
kesadaran anda : setiap hal, bagaimanapun biasa dan sederhana, itu menjadi
pewahyuan bagi anda. Pewhyuan yang anda terima itu mungkin hanya berupa tangan
yang berkeringat, dorongan untuk merubah sikap, atau kekhawatiran akan
kesehatan anda. Tidak perduli! Yang penting ialah, bahwa anda menjadi sadar
akan hal itu. Isi kesadaran anda itu kurang penting dari pada mutu kesadaaran
anda. Kalau mutu membaik, keheningan anda menjadi lebih dalam. Dan kalau
keheningan anda menjadi lebih dalam, anda akan mengalami perubahan. Dan anda
dengan gembira akan menemukan, bahwa pewahyuan itu bukan pengetahuan. Pewahyuan
itu kekuasaan: kekuatan gaib yang membawa perubahan.(Bersambung Latihan berikutnya....)