LATIHAN SHADANA 4 : MENGUASAI PIKIRAN
MENGUASAI PIKIRAN
Kebanyakan orang mengalami pikiran melayang-layang, selama mengadakan latihan penyadaran. Maka disini saya mau mengatakan sesuatu, sehubungan dengan pikiran menyasar atau melayang-layang itu. Mungkin dapat menolong anda mencegah pikiran yang melayang-layang, denga tidak memejamkan mata, melainkan membukanya sedikit. Cukup terbuka untuk melihat jarak satu meter ke muka. Arahkan pandangan pada suatu titik atau suatu benda. Tetapi janagn memusatkan diri pada titik atau benda itu, berkonsentrasi ata memusatka perhatian khusus padanya.
Ada pikiran menyasar, berat penuh dengan emosi
kuat: cinta, takut, dendam, atau lain. Penyasaran berat dengan emosi tidak
mudah dikalahkan dengan latihan seperti tadi. Disini perlu menggunakan metode
lain, yang akan saya jelaskan kemudian. Tetapi jau lebih penting, anda
menguasai keahlian berkonsentrasi, dan ber kontemplasi begitu rupa, hingga anda
tetap tenang menghadapai gangguan semacam ini
Kebanyakan orang mengalami pikiran melayang-layang, selama mengadakan latihan penyadaran. Maka disini saya mau mengatakan sesuatu, sehubungan dengan pikiran menyasar atau melayang-layang itu. Mungkin dapat menolong anda mencegah pikiran yang melayang-layang, denga tidak memejamkan mata, melainkan membukanya sedikit. Cukup terbuka untuk melihat jarak satu meter ke muka. Arahkan pandangan pada suatu titik atau suatu benda. Tetapi janagn memusatkan diri pada titik atau benda itu, berkonsentrasi ata memusatka perhatian khusus padanya.
Ada orang yang sulit
berkonsentrasi dengan mata tertutup. Mata tertutup itu seakan-akan merupakan
layar putih, dimana pikiran dapat melontarkan macam-macam gagasan, yang
menjauhkan orang dari konsentrasi. Maka anjuran untuk membuka mata sedikit,
diarahkan pada satu titik, satu meter jauhnya. Coba itu sendiri dan gunakanlah
nasehat ini, hanya kalau membantu. Mungkin bagi anda mata terbuka atau tertutup
sama saja, membawa pikiran kabur.
Suatu cara lain untuk menghindari
pikiran melayang-layang, mau percaya atau tidak, ialah duduk dengan punggung
tegak. Sampai sekarang, saya belum menemukan alas an ilmiah untuk itu. Tetapi
saya yakin dari pengalaman sendiri dan orang lain, bahwa memang begitu. Sikap
yang paling utama untuk ini ialah sila lotus, yang diajarkan kepada para
penganut yoga: kedua kaki bersilangan dengan telapak ditumpangkan pada paha
berlawanan, serta punggung tegak. Saya mendengar, bahwa orang yang dapat
menguasai sikap ini, tidak banyak mengalami kesulitan untuk menguasai
pikirandan dapat menggunakan pikiran dengan baik. Maka orang berkata, bahwa
sikap ini paling sempurna untuk samadi dan membina konsentrasi.
Kebanyakan anda tidak mempunyai
kesabaran dan keberanian cukup untuk mencoba menguasai sikap yang amat sulit,
namun juga amat menguntungkan ini. Lalu anda terpaksa puas, duduk tegak di atas
kursi yang bersandaran tegak, atau pada pinggiran kursi untuk menjaga punggung
tetap tegak. Ini tidak begitu berat seperti nampak sepintas. Sebaliknya,
sesudah beberapa waktu anda akan sampai kesimpulan, bahwa punggung melengkung
itu jauh lebih tidak enak. Dan anda akan menemukan, bahwa punggung tegak itu
amat menguntungkan konsentrasi. Orang yang dapat mengetahui berkata, bahwa
sementara guru Zen berjalan-jalan di ruang doa dapat mengerti hanya dengan
memperhatikan punggung orang yang bermeditasi, apakah ia mengalami pikiran
nyasar atau tidak. Ini saya rasa agak berlebih-lebihan, sebab saya ingat betul
akan waktu-waktu, dimana punggung saya sama sekali tidak tegak, tetapi saya
tidak mengalami pikiran melayang.
Ada penganjur punggung tegak yang
sampai berkata: sebaiknya orang berbaring pada alas yang keras seperti lantai,
kalau tidak ada cara lain yang sesuai untuk melatih punggung tegak. Anjuran
yang dapat berguna, sejauh itu dapat dilaksanakan, dan baik sekali-sekali
dicoba. Keberatan saya hanya ini: berbaring seperti itu membuat orang tertidur
dan ini lebih merugikan kontemplasi dari pada pikiran yang melayang-layang.
Mungkin sekali dengan segala
usaha untuk mengatasi pikiran melayang-layang dengan memusatkan pandangan mata
dan enegakan punggung, anda masih tetap diganggu pikiran kabur. Tidak perlu
cemas! Pikiran melayang-layang itu gangguan biasa pada setiap orang yang
berusaha untuk mencapai samadi. Perjuangan untuk menguasai pikiran itu lama dan
sulit, tetapi patut dicoba, karena sekali tercapai,akan melimpah buahnya. Jadi
sungguh-sungguh tidak ada jalan lain kecuali menekuni usaha-usaha dan percaya,
bahwa sekali anda berhasil, meskipun nampaknya kebalikan yang dirasa. Saya
masih punya satu cara untuk membantu. Sebegitu jauh ini sarana yang paling
ampuh untuk mengatasi pikiran menyasar. Saya susun sebagai latihan.
Pejamkan mata atau biarkan
setengah terbuka, kalau itu dirasa lebih membantu.
Sekarang awasi setiap gagasan,
yang masuk dalam pikiran anda.
Ada dua macam cara menghadapi
pemikiran : yang satu itu mengikutinya berputar-putar seperti anak anjing di
jalanan, yang mengikuti setiap kali ada sepasang kaki berjalan, entah kemana
arahnya.
Cara lain yaitu mengawasi seperti
orang berdiri dimuka jendela melihat orang-orang berjalan di luar. Ini cara
menguasai gagasan ayng saya anjurkan.
Setelah melakukan ini beberapa
waktu, anda harus jadi sadar, bahwa sedang berpikir-pikir. Bahkan dalam hati
anda boleh berkata: saya sedang berpikir ……saya sedang berpikir……..atau lebih
singkat: pikir……pikir…….pikir…….. untuk menyadari proses berpikir yang berjalan
dalam diri anda.
Apabila anda tidak menemukan
pikiran lagi dan ingatan menjadi kosong, tunggu muncul pikiran berikut.
Tetaplah waspada dan segera setelah ada pikiran muncul, sadarilah itu atau
sadari, bahwa anda sedang berpikir.
Lakukan latihan ini selama tiga
atau empat menit.
Dalam latihan ini anda heran
sampai pada kesimpulan, bahwa setiap kali sadar, bahwa anda sedang
berpikir-pikir, semua pikiran cendrung berhenti!
Inilah cara saderhana untuk
mengatasi pikiran melayang-layang. Berhentilah sebentar dan sadarilah, bahwa
anda sedang mengikuti pikiran, dan pikiran akan berhenti. Gunakan latihan ini,
kalau anda terganggu oleh pikiran melayang-layang lebih dari biasa. Hampir
tidak mungkin orang tidak terganggu pikirannya, kalau baru mulai masuk bidang
kontemplasi. Tetapi banyak pikiran nyasar dapat diatasi dengan menyadarkan
pikiran pada tugasnya berkonsentrasi, kalau sedang mengalami gangguan. Latihan
ini hanya digunakan kalau pikiran melayang-layang tak ada henti.
Latihan 3 Shadana - Penyadaran Tubuh, Menguasai Pikiran
PENYADARAN TUBUH, MENGUASAI PIKIRAN
Latihan ini sifatnya memperdalam
latihan yang mendahului. Latihan sebelumnya dapat anda anggap terlalu amat
sederhana, begitu sederhana, hingga rasanya seperti tipuan saja. Tetapi
kontemplasi itu memang sederhana. Untuk mencapai kemajuan tidak perlu cara-caranya
dipersulit, tetapi justru dijaga tetap sederhana, dan ini malahan dirasa amat
sulit oleh kebanyakan orang. Singkirkan rasa bosan. Jauhkan godaan, yang mau
mencari-cari barang baru, tetapi usahakanlah pendalaman.
Untuk dapat mengambil manfaat
sepenuhnya dari latihan ini dan yang sebelumnya, anda harus melakukannya dalam
waktu cukup lama. Saya pernah mengikuti retret budha, dan disitu saya
berkanjang tidak kurang dari dua belas sampai empat belas jam tiap hari, hanya
memusatkan perhatian pada udara masuk-keluar lewat lubang hidung. Tidak ada
selingan, tidak ada kegiatan, tanpa buat gagasan untuk mengisi pikiran! Saya
masih ingat akan hari, dimana kita menggunakan waktu dua belas jam atau lebih
untuk menyadari semua perasaan, yang dapat ditemukan pada setitik tempat antara
kedua lubang hidung dan bibir bagian atas. Kebanyakan kita hanya mengalami rasa
kosong selama berjam-jam, dan hanya dengan sabar dan tahan, teteap tekun dalam
konsentrasi, akhirnya tempat tubuh kebal ini menunjukan perasaan-perasaan juga.
Apa gunanya ini semua dari segi
doa, tanya anda. Satu-satunya jawaban, yang kuberikan pada tahap ini, hanyalah:
jangan bertanya. Lakukanlah apa yang dilatihkan kepada anda, dan anda akan
menemukan jawaban sendiri. Kenyataan tidak ditemukan dalam kata-kata
penjelasan, tetapi dalam tindakan dan pengalaman. Maka sekarang berusaha,
dengan percaya dan tabah (dan ini memang akan sangat diperlukan) dan tidak
lamalagi anda akan menemukan jawaban dari pengalaman!
Anda kemudian juga akan menolak
menjawab pertanyaan orang lain, juga kalau pertanyaan itu nampak praktis. Semua
pertanyaan intinya berkata: “Tunjukan kepada saya”. Dan jawaban yang tepat
hanya: “Bukalah mata dan lihatlah sendiri”. Saya lebih suka, anda berjalan
mengikuti saya mendaki gunung, dan mengalami matahari terbit, dari pada
bersusah-susah mau menggambarkan, bagaimana rasanya kalau anda melihat matahari
terbit dari puncak gunung. “Mari ikut dan lihat”, kata Yesus kepada dua murid
yang bertanya. Amat bijaksana!
Segala keindahan matahari terbit di
puncak gunung dan lebih banyak lagi akan anda temui, tersimpan dalam latihan
begitu remeh,hanya menyadari perasaan tubuh berjam-jam dan berhari-hari. Saya
anjurkan, anda selalu mulai waktu doa dengan latihan ini. Tekuni latihan itu,
sampai anda mencapai ketenangan dan keheningan, lalu baru meningkat pada doa,
entah bentuk dan macam doa apa biasa anda lakukan. Anda dapat melakukan latihan
ini dengan manfaat penuh pada waktu-waktu lain juga, sepanjang hari: pada
waktu-waktu yang saying dibuang, seperti kalau anda menunggu datangnya kereta
api atau bis, bila anda lelah dan tegang, mau merasa santai sedikit, bila masih
ada sisa waktu beberapa menit, dan anda tidak tahu mau apa.
Saya harap waktunya akan tiba, anda
mengalami kesegaran dan kegembiraan dengan penyadaran ini, hingga anda tidak
mau pindah pada doa lain lagi. Pada waktu itu anda akan berkanjang di dalamnya
dan mengalami santai murni, tersembunyi dalam latihan sederhana ini.
Kontemplasi semacam ini, kemudian masih akan saya bicarakan.
Sekarang kita meningkat pada
latihan berikut: dapat dirumuskan dalam beberapa kalimat, tetapi harus dilatih
dan diulangi lagi kerap kali. Dalam kelompok samadi, saya tidak pernah lupa
menganjurkan agar orang selalu mulai dengan latihan ini selama beberapa menit,
setiap kali kami berkumpul, dan para anggota saya anjurkan menekuni latihan
setiap hari selama beberapa menit, sekurang-kurangnya pagi, siang, malam.
Pejamkan mata. Ualngi latihan yang
sebelumnya, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda,
dan menyadari semua perasaan yang anda jumpai pada setiap bagian. Lakukan ini
selama barang lima menit.
Sekarng pilihlah satu bagian kecil
pada wajah anda: misalnya dahi, atau pipi, atau dagu. Cobalah sadari setiap
perasaan di bagian ini.
Pada permulaan nampaknya itu tidak
ada perasaan sama sekali. Kalau ini yang dialami, sebaiknya mengulang latihan
sebelumnya lebih dahulu. Lalu kembali pada bagian yang sudah ditentukan, dan
terus bertahan ditempat itu, sampai menemukan suatu perasaan, entah betapa lemahnya.
Kalau ada perasaan timbul pertahankanlah itu. Mungkin hilang lagi, atau berubah
menjadi perasaan yang lain. Mungkin perasaan-perasaan lain tumbuh disekitarnya.
Sadarilah perasaan macam apa yang
timbul: seperti semutan, gatal, panas, mengeliat, mengetar, mendebar,
membeku………………..
Jika pikiran menyasar, kembalikan
dengan sabar pada latihan, segera sesudah anda sadar akan itu.
Saya ingin mengakhiri bab ini
dengan menganjurkan latihan serupa untuk waktu di luar doa. Kalau anda
berjalan, sadarilah sebentar gerakan kaki anda. Hal ini dapat anda lakukan
dimana saja, juga di jalan ramai. Soalnya bukan mengetahui, bahwa kaki anda bergerak,
tetapi merasai gerakan kaki anda. Ini akan membuat anda menyadari, menjadi
tenang, tenteram. Bahkan ini dapat dijadikan latihan konsentrasi pula, tetapi
ini lalu harus dijalankan pada tempat yang aman, dimana anda tidak dilihat
orang. Mereka melihat anda bertingkah, tentunya akan mengira, ada apa-apa ini!
Ini latihannya:
Sambil berjalan mondar-mandir di
kamar atau di gang, anda mulai memperlambat gerak, hingga anda penuh menyadari
setiap gerakan kaki anda. Sadarilah gerakan-gerakan berikut: mengangkat kaki
kiri……. mau melangkah maju…..kaki kiri menyentuh tanah….. berat tubuh bergeser
pada kaki kiri………
Sekarang mengangkat kaki
kanan…..melangkah maju menapakkan kaki ke tanah di muka anda ………dan seterusnya.
Untuk membantu konsentrasi anda
dapat berkata dalam hati,
Sambil mengankat kaki kiri:
“angkat……angkat…..angkat………..”
Dan kalau bergerak maju: “
gerak…………gerak……..gerak…………”
Dan kalau menapak pada tanah: “
tapak………..tapak………tapak………….”
Latihan 2 : PENYADARAN TUBUH
PENYADARAN TUBUH
Ambilah sikap yang santai dan
tenang. Pejamkan mata.
Sekarang saya akan minta kepada
anda, untuk menyadari perasaan-perasaan tertentu yang anda rasakan pada saat
ini, tetapi tidak anda sadari betul…………….
Sadarilah sentuhan baju pada bahu
anda ……….. ……………………………………
Sadarilah sentuhan kain pada
punggung anda…………………………………………
Sentuhan punggung pada sandaran
kursi, tempat duduk anda…….................................
Lalu sadarilah sentuhan tangan satu
sama lain, atau seperti terletak di pangkuan anda
Lalu sadarilah paha, atau badan
anda yang menekan kursi…………………………….
Sadarilah telapak kaki anda
menyentuh sandal, sepatu…………………………………
Sadarilah sikap anda duduk secara
benar-benar ………………………………………
Sekali lagi: bahu anda………punggung
anda………tangan kanan anda…….tangan kiri anda………...paha anda……….telapak kaki
anda……..
Sekali lagi: ……..punggung …….tangan
kanan……tanagn kiri……paha kanan……. paha kiri………...telapak kaki kanan…….telapak
kaki kiri……..sikap duduk……….
Sekarang anda sendiri berkitar,
bergerak dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda. Jangan berhenti
lebih lama daripada beberapa detik pada setiap bagian: bahu, punggung,
paha,dst. Terus berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain.
Anda boleh berhenti pada bagian-
bagian tubuh yang saya sebutkan, atau pada bagian lain menurut kehendak:
kepala, tengkuk, dada, perut, …… yang penting ialah bahwa anda merasai perasaan
pada setiap bagian, dirasai selama dua detik, lalu terus ganti bagian tubuh
lainnya.
Latihan sederhana ini memberi rasa
santai pada kebanyakan orang. Dalam kelompok-kelompok, yang saya beri latihan
ini untuk pertama kalinya, ada juga orang yang merasa begitu tenang, hingga
tertidur!
Musuh utama dalam doa itu
ketegangan syaraf. Latihan ini menolong anda untuk mengatasi hal itu.
Rumusannya mudah: anda santai, kalau anda mulai memperhatikan rasa, kalau anda
menjadi sadar penuh akan perasaan-perasaan tubuh, Akan suara-suara disekitar
anda, akan pernafasan anda, sesuatu rasa di dalam mulut.
Terlalu banyak orang hidup dengan
kepalanya saja – mereka itu biasanya hanya menyadari pikiran dan angan-angan,
yang berkeliaran dalam kepala, dan kurang sekali menyadari kegiatan indera dan
rasa. Akibatnya, mereka jarang sekali hidup pada saat sekarang ini. Biasanya
mereka selalu ada di masa lampau atau masa mendatang. Ada di masa lalu,
menyesali kekeliruan yang sudah, merasa salah karena dosa yang dulu-dulu,
membanggakan keberhasilan masa lampau, meresahkan rasa tersinggung yang sudah
lampau, disebabkan oleh orang lain. Atau hidup di masa depan, khawatir akan apa
yang mungkin menimpa diri atau adanya urusan yang kurang menyenangkan, atau
juga kebahagiaan nanti, tibanya peristiwa yang dimimpi-mimpikan.
Mengenangkan masa lampau untuk
mengambil manfaat, atau bahkan untuk menikmatinya kembali, dan melihat hari
depan, lebih awal untuk menyusun rencana, itu semua berguna, asal kita tidak
terlalu lama absen meninggalkan masa sekarang ini, waktu yang sedang kita
hadapi. Untuk dapat berhasil dalam doa, mutlak perlu kita mengembangkan
kemampuan berkontak dengan masa sekarang dan mau tinggal di situ pula. Dan
tidak ada cara yang lebih baik untuk hidup dalam masa sekarang dari pada keluar
dari kepala dan kembali kepada rasa.
Rasailah udara panas atau dingin di
sekitar anda. Rasailah angina lembut, yang membelai tubuh anda. Rasailah panas
matahari bersentuhan dengan kulit anda. Rasailah jaringan dan panas dingin
benda, yang anda pegang ……. dan rasai beda-bedanya semua itu.
Rasai bahwa anda mulai hidup, kalau
kembali pada masa sekarang. Sekali anda sudah menguasai cara menyadari lewat
rasa, anda akan heran menemukan perubahan, terutama kalau anda termasuk orang,
yang kerap merisaukan masa mendatang atau menyesali masa lampau.
Sepatah kata tentang keluar dari kepala:
Kepala itu bukan tempat baik untuk berdoa. Bukan tempat jelek untuk mulai doa.
Tetapi bila doa anda terlalu lama tetap ada di sana, lambat-laun akan menjadi
kering, terasa gersang dan menjemukan. Anda harus belajar keluar dari alam
berpikir-pikir dan berbicara, pindah ke alam rasa, sadar, cinta, intuisi.
Itulah alam di mana samadi lahir, dan doa menjadi kekuatan yang merubah, sumber
sukacita dan damai tidak habis-habisnya.
Mungkin juga ada satu-dua orang,
yang selesai menjalankan latihan ini, merasa dirinya tidak menjadi tenang dan
santai, melainkan semakin tegang. Apabila hal ini terjadi, beralihlah pada
penyadaran ketegangan anda. Perhatikan, bagian tubuh mana menjadi tegang.
Perhatikanlah, seperti apa rasa ketegangan itu. Sadarilah bahwa anda menegangkan
diri anda sendiri dan perhatikan sekarang bagaimana itu terjadi.
Kalau saya menggunakan kata
“perhatikanlah”, itu bukan maksudnya untuk kembali pada refleksi, melainkan
pada perasaan dan penyadaran. Saya tidak dapat cukup menekankan, bahwa latihan
ini soal merasai, bukan soal berpikir-pikir. Memang ada orang, yang bila
disuruh menyadari lengan, kaki atau tangannya, nyatanya tidak menyadarinya,
melainkan membuat gambaran anggota tubuh itu dalam pikiran. Mereka tahu tempat
anggota itu dalam tubuh dan mereka menyadari pengetahuan ini. Tetapi mereka
tidak menyadari dan merasai anggota badan itu sendiri. Di mana orang lain
menyadari adanya kaki atau tangan, kesadaran mereka kosong. Yang mereka punyai
hanya gambaran anggota tubuh dalam pikiran.
Cara paling cocok untuk mengatasi
hal ini (dan untuk memastikan bahwa anda tidak menggantikan perasaan badan
dengan gambaran pikiran) sebaiknya anda menyadari perasaan dan bagian-bagian
tubuh itu sebanyak-banyaknya, pada bahu, punggung, paha, tangan, kaki. Ini juga
akan menolong anda untuk menaruh perhatian terhadap orang, yang tidak bisa
merasai anggota tubuhnya, sebab kiranya nanti anda juga akan menemukan, bahwa
hanya sebagian kecil dari tubuh anda tidak berperasaan apa-apa. Sebabnya
perasaan anda sudah dimatikan, karena begitu lama terus-menerus hidup dengan
kepala saja. Permukaan kulit manusia itu penuh dengan reaksi biokemis
bermilyar-milyar, semua ini kita namakan perasaan, dan anda sulit untuk
menemukan beberapa saja. Anda telah mengebalkan diri untuk tidak merasakan
apa-apa – hampir tentu karena pernah mengalami luka atau konflik rasa, yang
lama sudah anda lupakan. Apalagi sekarang daya tangkap dalam kesadaran anda,
daya konsentrasi untuk memusatkan perhatian masih lemah dan belum berkembang.
Nanti pada waktunya saya akan
menjelaskan hubungan latihan ini dengan doa, dan untuk banyak orang, latihan
ini sendiri sudah merupakan salah satu bentuk doa, samadi. Sekarang ini cukup
latihan ini diberikan sebagai persiapan untuk doa dan kontemplasi, jalan untuk
mencapai ketenangan dan keheningan, sebab tanpa itu doa menjadi sukar, bahkan
mustahil.
Sekali lagi pejamkan mata.
Sadarilah perasaan-perasaan di berbagai bagian tubuh anda.
Yang paling baik: tidak memikirkan
bagian-bagian mana dari tubuh anda, seperti “tangan” atau”kaki”
atau”punggung”,tetapi hanya berpindah-pindah dari perasaan satu ke perasaan
lain, dan tidak memberi nama atau tanda apa-apa pada anggota dan indra, selama
anda menyadarinya.
Bila anda didorong untuk bergerak
atau merubah sikap duduk, jangan anda mengikutinya. Hanya sadarilah dorongan
itu dan rasa sakit yang mungkin timbul pada tubuh anda dan menimbulkan dorongan
itu.
Bertahanlah dalam latihan ini
beberapa menit. Anda lambat-laun akan merasa keheningan dalam tubuh anda.
Jangan sengaja berhenti menikmati keheningan itu! Teruskanlah latihan
penyadaran ini dan biar keheningan itu berlangsung terus dengan sendirinya.
Kalau pikiran mulai menyasar,
kembalikanlah pada penyadaran perasaan tubuh, berpindah-pindah dari bagian satu
ke bagian yang lain. Sampai tubuh menjadi tenang lagi dan pikiran bersama tubuh
masuk dalam keheningan, yang membawa damai dan suasana samadi, dekat dengan
Tuhan. Tetapi sekali lagi, jangan sengaja berhenti menikmati keheningannya.
Mengapa tidak boleh menikmati
keheningan selama mengadakan latihan? Menikmati itu santai dan menyenangkan!
Tetapi kalau itu dituruti, ada bahaya anda akan terbius sementara atau memasuki
alam kosong, dan tenggelam dalam biusan ini tidak membawa ke arah semadi dan
kontemplasi.
Di sini ada semacam hipnose, yang
tidak ada hubungannya dengan ketajaman kesadaran atau kontemplasi.
Maka penting sekali, bahwa anda
tidak sengaja mau menciptakan rasa diam dan hening dalam diri anda untuk
menikmatinya kalau timbul. Yang harus diusahakan justru kesadaran, dan tidak
mematikannya dengan pembiusan, meskipun hanya sekedar. Maka meskipun ada
keheningan, dan di dalam keheningan, dan di dalam keheningan sendiri, anda
harus terus berkanjang dalam latihan kesadaran dan membiarkan keheningan dengan
sendirinya berlangsung.
LATIHAN DOA SADHANA
KATA PENGANTAR
Sadhana, yang berarti “jalan”, di
sini dikhususkan menjadi “jalan menemukan Tuhan”. Di Roma Pater Tony de Mello,
seorang Yesuit asli India, memberikan latihan-latihan doa ini – belum dibukukan
pada waktu itu, desember 1974 – maret 1975 – kepada puluhan peserta dari
berbagai Negara, setiap pagi sekitar ¾ jam.
Karena tanggapan yang begitu
menggembirakan, selain “latihan doa” dalam bahasa inggris, ia masih membuka
latihan lain dalam bahasa spanyol, yang ramai dikunjungi juga. Pada waktu itu
diusulkan kepada Pater de Mello untuk membukukan latihan- latihan doa itu, dan
menerbitkan untuk umum.
Selama beberapa tahun satu dua
orang pergi ke Poona ( India ) untuk belajar doa itu di pusat “Sadhana” di
bawah bimbingannya. Satu kali Pater de Mello sendiri datang ke Indonesia 10 –
18 oktober 1976, memimpin “latihan doa” di Girisonta untuk kelompok kecil.
Sesudah itu masih ada saja orang mengunjungi Istitut “Sadhana” di Poona untuk
menimba kekayaan yang disalurkan lewat doa-doa, seperti diajarkan dalam buku
ini.
Perhatian dan Permintaan akan
doa-doa ini menjadi lebih luas di kalangan umat, karena sikap dan cara dirasa
baik dan sesuai bagi kebudayaan timur dan khususnya kebudayaan katolik di
Indonesia. Kita masih mencari-cari ekspresi doa yang berisikan saluran murni
dari tradisi kristiani Barat-Timur sepanjang jaman, dan diungkapkan dalam
cara-cara yang mudah dapat membudaya di lingkungan kita.
Semoga sumbangan Pater de Mello,
kelahiran Goa yang berabad-abad bertradisi katolik itu, dapat membuka arah baru
untuk menemukan kepribadian kita sendiri di bidang doa.
PENDAHULUAN
Lima belas tahun terakhir ini
saya bertugas sebagai pemimpin retret dan pembimbing rohani membantu orang
untuk berdoa. Saya mendengar banyak keluhan: orang tidak tahu bagaimana caranya
berdoa. Bagaimanapun mereka berusaha, kelihatan tidak ada kemajuan. Rasanya doa
membosankan dan mengecewakan. Saya banyak mendengar pembimbing rohani
menyatakan tidak berdaya, kalau sampai pada soal bagaimana mengajar orang
berdoa, atau lebih jelasnya, bagaimana mencapai kepuasan dan perkembangan dalam
doa.
Hal ini selalu mengherankan saya,
sebab saya cukup mudah dapat menolong orang berdoa. Hal ini tidak saya
hubungkan melulu dengan karisma, yang saya miliki. Hal ini saya hubungkan
dengan beberapa dasar sederhana, yang saya ikuti untuk doa saya sendiri dan
untuk membimbing orang lain berdoa. Salah satu dasar menyatakan, bahwa doa itu
suatu latihan yang membawa perkembangan dan memberi kepuasan, dan memang banyak
kita mencari ini semua dalam doa. Dasar lain menyatakan bahwa doa itu harus
lebih dilakukan dengan hati daripada dengan budi. Memang semakin cepat doa
bebas dari pemikiran kepala, semakin jadi menyenangkan dan bermanfaat.
Kebanyakan Imam dan religius menyamakan doa dengan berpikir-pikir. Itu gagasan
mereka.
Seorang rekan Yesuit bercerita
kepada saya, bahwa ia menghubungi seorang guru Hindu untuk mendapatkan
pengarahan dalam hal doa. Guru itu berkata: Pusatkan perhatinmu pada
pernafasan. Rekan saya langsung melakukan itu selama 5 menit. Lalu Guru
berkata:“Udara yang anda hirup itu Tuhan. Anda menghirup Tuhan dan
menghembuskan –Nya. Sadarilah itu dan bertahanlah dalam kesadaran itu”. Rekan
saya dalam pikirannya melakukan penyesuaian teologi sedikit terhadap pernyataan
tadi, lalu menjalankan perintah guru: Berjam-jam, hari demi hari dan ia kagum
menemukan bahwa berdoa itu dapat menjadi sederhana seperti bernapas saja;
menghirup dan menghembuskan udara. Dalam latihan ini ia mengalami pendalaman
dan kepuasan, serta mendapatkan santapan rohani, yang tidak pernah ia peroleh
selama berjam-jam, bertahun-tahun berdoa.
Latihan-latihan yang saya uraikan
dalam buku ini, hampir serupa dengan pengarahan guru hindu, yang sejak itu
tidak pernah saya jumpai atau dengar kabarnya lagi. Saya juga mempunyai
beberapa pendapat tentang doa, tetapi ini baru akan saya jelaskan bersama
dengan latihan-latihannya nanti, bagaimana itu mendasarinya.
Sering latihan-latihan ini saya
berikan keepada beberapa kelompok orang, semacam “kelompok doa” atau lebih
tepat “kelompok samadi”. Beda dengan anggapan umum, kelompok samadi itu memang
mungkin. Memang dalam situasi tertentu,samadi lebih berhasil dilakukan bersama
/ berkelompok dari pada sendirian / perorangan. Saya tulis latihan-latihan ini
dengan bentuk dan bahasa hamper sama seperti yang saya berikan kepada orang
dalam kelompok. Kalau anda ingin mengadakan “kelompok samadi” dan mengunakan
buku ini sebagai pegangan, anda hanya tinggal mengambil teks ini untuk setiap
latihan dibaca perlahan-lahan, dan kerap kali berhenti cukup lama,terutama pada
tempat-tempat yang ditandai dengan titik-titik:……………………….
Melulu membaca teks ini keepada
orang lain belum cukup untuk menjadi pembimbing kelompok samadi yang baik.
Untuk itu anda harus menjadi orang berpengalaman dalam samadi lebih dulu. Anda
sendiri harus sudah pernah mengalami hal-hal yang anda bacakan kepada orang
lain. Dan anda juga harus memiliki sekedar ketrampilan membimbing orang dalam
bidang rohani. Latihan-latihan ini bukannya mengantikan pengalaman pribadi dan
kemahiran di bidang rohani, melainkan hanya merupakan langkah pertama, yang
niscaya akan membawa manfaat bagi anda dan kelompok. Saya berusaha untuk
menghapus latihan-latihan yang memerlukan bimbingan seorang ahli di bidang doa.
Dan bila ada bahaya bahwa suatu latihan akan merugikan, saya akan menunjukan
hal ini dan memberikan sarana untuk mencegah,
Saya persembahkan buku ini kepada
Santa Perawan Maria, yang bagi saya selalu merupakan tokoh samadi atau teladan
kontemplasi. Bahkan lebih dari itu, saya yakin, bahwa Ibu inilah yang menjadi
Perantara rahmat, yang dianugerahkan kepada saya dan banyak orang lain, yang
membimbing dalam doa dan kiranya tanpa Dia tidak akan kita terima.
Latihan 1:
KEKAYAAN DALAM KEHENINGAN
“Keheningan itu wahyu agung” kata
Lao-Tse. Kita bias memikirkan Kitab Suci sebagai wahyu Tuhan. Dan memang
demikian!
Saya sekarang ingin anda dapat
menemukan wahyu yang tersimpan dalam keheningan. Untuk meresapi wahyu, yang
datang lewat Kitab Suci, anda harus membuka hati terhadap Kitab Suci. Untuk
meresapi wahyu, yang datang lewat keheningan, anda harus mencapai keheningan
lebih dahulu. Dan ini tidak mudah. Marilah kita mencoba ini dalam latihan
berikut:
Saya ingin anda masing-masing
mengambil sikap yang sesuai.
Pejamkan mata.
Sekarang saya mengajak anda untuk
hening-diam selama sepuluh menit.
Pertama-tama anda mencapai
keheningan, keheningan yang mutlak menyeluruh, meliputi budi dan hati. Kalau
sudah mencapai ini, anda membuka diri terhadap apa yang datang lewat
“pewahyuan”(penyingkapan)
Sesudah sepuluh menit saya akan
mempersilahkan anda membuka mata, dan bila rela, berbagi-rasa dengan kita: apa
yang telah anda lakukan dan anda alami selama sepuluh menit itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dalam berbagi rasa dengan kita
semua tentang apa yang anda lakukan dan alami, jelaskan kepada kita, bagaimana
anda berusaha mencapai keheningan dan bagaimana hasilnya.
Uraikan keheningan itu
sedapatnya. Ceritakan, apa yang anda alami dalam keheningan itu. Ceritakan apa
saja yang masuk dalam pikiran dan perasaan selama latihan ini.
Pengalaman orang yang mencoba
latihan ini amat berbeda-beda. Kebanyakan orang menemukan dengan terkejut,
bahwa keheningan itu sesuatu yang mereka tidak biasa. Bahwa apa pun yang mereka
coba, mereka tidak mampu menghentikan pikiran yang terus melayang-layang atau
meredakan gejolak emosi yang mereka rasai di dalam hati. Ada orang lain yang
merasa sudah mendekati batas keheningan, lalu mereka mengalami semacam panik,
kemudian mundur. Keheningan itu kadang-kadang menakutkan.
Tidak perlu putus asa. Bahkan
pikiran yang melayang-layang itu menyingkapkan sesuatu, bukan? Suatu wahyu!
Kenyataan, bahwa pikiran anda melayang-layang, bukankah itu menyingkapkan
(mewahyukan) sesuatu tentang diri anda? Tidak cukup, menyadari hal ini! Anda
harus mengambil waktu untuk mengalami pikiran melayang-layang. Dan bagaimana
jalannya pikiran melayang-layang, itu sendiri mengungkapkan banyak juga. Dan
ada sesuatu yang menarik bagi anda. Kenyataan, bahwa anda sadar akan pikiran
melayang-layang atau akan gejolak di dalam batin atau sadar akan ketidak
mampuan anda untuk menghentikannya,semua itu menunjukan bahwa ada suatu lapisan
keheningan tipis dalam diri anda, namun sekurang-kurangnya cukup untuk
menyadari ini semua!
Sekali lagi pejamkanlah mata anda
dan sadarilah pikiran anda yang melayang-layang …………. Selama dua menit
saja……………………………………………………
Sekarang rasailah keheningan,
yang memungkinkan anda menyadari pikiran yang melayang-layang itu tadi.
Itulah keheningan tipis sekali, yang
ada dalam diri anda; itu hendak kita bangun sepanjang latihan-latihan, yang
akan menyusul ini. Dengan perkembangannya, keheningan akan menyingkapkan lebih
banyak lagi tentang diri pribadi anda. Atau lebih tepat, keheningan akan
menyingkapkan diri anda kepada anda sendiri. Itulah pewahyuan yang pertama,
“diri anda sendiri”. Dan dalam dan lewat pewahyuan ini anda akan mencapai
hal-hal yang dengan uang tak terbeli, hal seperti kebijaksanaan dan kedamaian,
kegembiraan dan……………………..TUHAN.
Untuk mencapai hal-hal yang tak
ternilai harganya ini tidak cukup anda berefleksi, berbicara, bertukar
pendapat. Yang diperlukan itu usaha. Mulailah usaha itu sekarang ini juga.
Pejamkan mata anda. Carilah
keheningan dalam waktu lima menit lagi. Pada akhir latihan amatilah , apakah
kali ini usaha anda lebih berhasil atau kurang.
Amatilah, apa keheningan
menyingkapkan sesuatu kepada anda, yang tadi tidak anda perhatikan.
Jangan mencari-cari, sesuatu yang
serem akan mulai tersingkap dalam keheningan – terang, ilham, ilmu. Malahan
jangan mencari sama sekali. Sebaiknya anda membatasi diri dengan mengamati .
Tampunglah setiap hal, yang timbul dalam
kesadaran anda : setiap hal, bagaimanapun biasa dan sederhana, itu menjadi
pewahyuan bagi anda. Pewhyuan yang anda terima itu mungkin hanya berupa tangan
yang berkeringat, dorongan untuk merubah sikap, atau kekhawatiran akan
kesehatan anda. Tidak perduli! Yang penting ialah, bahwa anda menjadi sadar
akan hal itu. Isi kesadaran anda itu kurang penting dari pada mutu kesadaaran
anda. Kalau mutu membaik, keheningan anda menjadi lebih dalam. Dan kalau
keheningan anda menjadi lebih dalam, anda akan mengalami perubahan. Dan anda
dengan gembira akan menemukan, bahwa pewahyuan itu bukan pengetahuan. Pewahyuan
itu kekuasaan: kekuatan gaib yang membawa perubahan.(Bersambung Latihan berikutnya....)
Tips Doa St. Teresia Avila
Setelah mengetahui sedikit banyak tentang kehidupan beberapa Santo
Santa, saya semakin kagum kepada rahmat yang Tuhan Yesus berikan pada
setiap orang, juga kepada saya dan anda, yaitu rahmatNya itu unik bagi
setiap orang.
RahmatNya menyempurnakan kodrat. RahmatNya akan melengkapi segala kelemahan dan kelebihan manusia agar manusia itu dapat menjadi lebih dekat kepadaNya. Cara Roh Kudus bekerja pada orang pendiam akan berbeda dengan cara kerjaNya pada orang yang suka heboh, juga akan beda bagi orang seperti anda dan saya.
Sungguh, seperti seorang Bapa di dunia yang sayang pada anaknya, demikian juga Ia, Bapa kita yang ada di surga juga ingin dekat dan selalu mencintai anak-anakNya.
Kagum dengan karya Roh Kudus dalam St. Theresia Avila
Saya melihat ada kelemahan yang Roh Kudus perbaiki dalam kehidupan seorang Santa ini, juga dalam karya tentang cara berdoa (Puri Batin) saya melihat Roh Kudus memberikan inspirasi sesuai dengan kodrat Santa yang berasal dari keluarga bangsawan yang akrab dengan yang namanya puri.
Cara berdoa yang sungguh luar biasa dari Santa kita ini adalah ada 3 hal yang harus kita sadari saat berdoa:
RahmatNya menyempurnakan kodrat. RahmatNya akan melengkapi segala kelemahan dan kelebihan manusia agar manusia itu dapat menjadi lebih dekat kepadaNya. Cara Roh Kudus bekerja pada orang pendiam akan berbeda dengan cara kerjaNya pada orang yang suka heboh, juga akan beda bagi orang seperti anda dan saya.
Sungguh, seperti seorang Bapa di dunia yang sayang pada anaknya, demikian juga Ia, Bapa kita yang ada di surga juga ingin dekat dan selalu mencintai anak-anakNya.
Kagum dengan karya Roh Kudus dalam St. Theresia Avila
Saya melihat ada kelemahan yang Roh Kudus perbaiki dalam kehidupan seorang Santa ini, juga dalam karya tentang cara berdoa (Puri Batin) saya melihat Roh Kudus memberikan inspirasi sesuai dengan kodrat Santa yang berasal dari keluarga bangsawan yang akrab dengan yang namanya puri.
Cara berdoa yang sungguh luar biasa dari Santa kita ini adalah ada 3 hal yang harus kita sadari saat berdoa:
1. Sadar sedang berdoa
Seringkali kita berdoa tanpa hati, cepat sekali kata-katanya dan tanpa bobot. Doa rosario full cuman 15 menit, wah...ngebut tuh...atau Doa Bapa Kami 10 detik... saat mengucapkan: "Bapa Kami yang ada di surga dimuliakanlah namaMu" dst tanpa arti
2. Sadar pada siapa kita berdoa
Kita sedang berbicara pada Allah Bapa yang sangat mencintai kita. Jadi saat kita mengucapkan kata "Bapa", bayangkanlah Ia ada di depan kita, memandang kita dengan cintaNya. Ia melihat kedalaman hati kita dan kita mempersembahkan hati kita kepadaNya yang selalu menerima dan mencintai kita apa adanya.
3. Sadar kita ini berdosa dan selalu butuh kerahimanNya.
Dengan kesadaran ini, akan membuat hati kita menjadi berkobar-kobar untuk terus menantikanNya setiap saat karena Ia adalah Allah yang maharahim yang tidak pernah menolak hati yang remuk redam.
Ketika saya mendengarkan penjelasan ini, hati saya sungguh bersukacita dan bersyukur akan rahmatNya dalam kehidupan ini.
Bila anda rindu untuk memperoleh kemenangan atas masalah2 anda, bila anda rindu untuk mempunyai cinta yang menyala kepada Tuhan Yesus Kristus, mari kita belajar dari St. Theresia Avila tentang cara berdoa diatas dan mempraktekkannya.
Jadi untuk praktek cara doa diatas (misal mau doa Bapa Kami).... ingat kata kuncinya :
sedang apa, pada siapa, siapa saya
"Sedang apa?" sedang berdoa, ingatlah anda sedang berdoa
"Pada siapa?" pada Bapa yang mengasihi anda
"Siapa saya?" saya berdosa butuh kerahimanNya
dengan 3 kesadaran tadi kita mulai ucapkan: "Bapa kami... dst"
Catatan: Kesadaran diatas itu membantu kita untuk lebih fokus & mencintaiNya saat berdoa.
Doa bukanlah banyak berpikir, tetapi banyak mencinta (St Theresia Avila)
Bagaimana bila ada pelanturan?
Jangan dilawan dengan keras atau marah atau jengkel, tapi tersenyumlah karna itu memang kelemahan kita manusia. Abaikan pelanturan, langsung kembali lagi ke doa anda yang semula.
Selamat berdoa, bila sudah kuat, kuatkan juga saudara-saudara yang lain.
DOWNLOAD LAGU
DOWNLOAD LAGU MADAH BAKTI & PUJI SYUKUR
Untuk download file ini, klik kanan - open link new tab dan silakan simpan.
1. Di Pulau Samadi
2. Tenang-tenang mendayung
3. Tiada yang lebih indah
4. Datanglah Ya Roh Kudus
5. Tenang-tenang mendayung
6. Tuhan kau satukan kami
7. Aku mengasihi Tuhan
8. Bawalah persembahan
9. Trimalah Tuhan kurbanku
10. Kami hunjukkan PadaMu
11. Terimalah ya Bapa
Untuk download file ini, klik kanan - open link new tab dan silakan simpan.
1. Di Pulau Samadi
2. Tenang-tenang mendayung
3. Tiada yang lebih indah
4. Datanglah Ya Roh Kudus
5. Tenang-tenang mendayung
6. Tuhan kau satukan kami
7. Aku mengasihi Tuhan
8. Bawalah persembahan
9. Trimalah Tuhan kurbanku
10. Kami hunjukkan PadaMu
11. Terimalah ya Bapa
Kebiasaan Umat Katolik
Setiap masyarakat mempunyai tradisi atau
kebiasaan, yang mampu menopang dan melestarikan kehidupan dan kesatuan
masyarakat itu sendiri. Gereja, sebagai masyarakat kaum beriman, juga
memiliki bermacam-macam kebiasaan. Dalam perjalanan sejarah kebiasaan
itu telah membentuk, menopang, dan membangun jemaat beriman. Kita
ditantang untuk mengamalkan, menyegarkan dan kemudian mewariskannya
kepada generasi yang akan datang. Dalam site ini hanya diambil sejumlah
kebiasaan yang pokok mengingat tempat yang tersedia serba terbatas. Di
luar ini masih banyak kebiasaan yang baik, yang juga patut dihayati,
dilestarikan, dan dikembangkan.
1. Berhimpun pada hari Minggu
Pada hari Minggu, umat kristen wajib
berhimpun untuk Perayaan Ekaristi, atau untuk Perayaan Sabda (lihat KHK
1247-1248). Kebiasaan ini didasarkan pada tradisi para rasul yang
berpangkal pada hari kebangkitan Kristus sendiri. Pada hari Minggu,
Gereja berkumpul untuk merayakan misteri Paskah, yakni mengenangkan
sengsara, wafat, kebangkitan, dan kemuliaan Tuhan Yesus. Dalam
pengenangan ini, Gereja mendengarkan sabda Allah dan berpartisipasi
dalam Ekaristi; Gereja juga bersyukur kepada Allah yang telah
“melahirkan kembali mereka ke dalam hidup yang penuh pengharapan” (lihat
1Ptr 1:3; KL 106).
2. Membaca Kitab Suci
Gereja menghendaki agar khazanah Kitab
Suci dibuka lebih lebar kepada umat (lihat KL 51), sebab di dalam Kitab
Suci Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan
kabar gembira Injil (lihat KL 184). Kitab Suci adalah sumber dan dasar
iman kita. Dengan membaca Kitab Suci kita mengenal Kristus. Tidak
mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus, dan pengenalan akan
Yesus Kristus ini lebih mulia daripada segala sesuatu (lihat DV 25).
Dengan rajin membaca Kitab Suci, banyak orang telah memperoleh
pengalaman serta kekuatan iman yang mengagumkan, terutama mereka yang
tidak hanya membaca, tetapi juga mengamalkannya (lihat Yak 1:22).
3. Melaksanakan Ibadat Harian
Kristus memerintahkan, “Orang harus
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1). Para rasul mempunyai
kebiasaan berdoa pada jam-jam tertentu, baik bersama-sama di Bait Allah
(lihat Kis 3:1) maupun secara pribadi di rumah (lihat Kis 10:9.30).
Paulus juga menandaskan agar umat berdoa setiap waktu (lihat Ef 6:18).
Karena didorong oleh teladan serta nasihat-nasihat itu, Gereja dengan
setia dan tak henti-hentinya memanjatkan doa. Dan Gereja menegaskan
bahwa “Dengan pengantaraan Yesus, marilah kita selalu mempersembahkan
kurban syukur kepada Allah” (Ibr 13:15). Gereja telah mengembangkan
Ibadat Harian, yakni ibadat pada jam-jam tertentu setiap hari: Ibadat
Bacaan, Ibadat Pagi, Ibadat Siang, Ibadat Sore, Ibadat Penutup; atau
paling tidak Doa Pagi dan Doa Malam untuk mengawali dan menutup hari
dalam nama Tuhan. Dengan berdoa seperti ini, Gereja menguduskan seluruh
hari dan seluruh kegiatan manusia (lihat PIH 11).
4. Berdoa Bersama dalam Keluarga
Keluarga orang beriman adalah “Gereja
kecil”. Gereja sungguh terwujud dalam keluarga jika para anggota
keluarga berhimpun dalam nama Tuhan. Dalam himpunan ini tergenapilah
janji Tuhan kepada umat-Nya, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul
dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20).
Doa bersama ini dapat dilakukan dalam dua
bentuk: pertama, semua anggota keluarga berkumpul di suatu tempat dan
pada saat yang sama untuk berdoa bersama; kedua, mereka berkumpul pada
jam yang sama. Bila anggota keluarga tidak mungkin berkumpul (misalnya
ada anggota yang sedang bepergian), keluarga dapat menetapkan jam
tertentu untuk berdoa, sehingga kendati berjauhan tempat, mereka
merasakan adanya kebersamaan dalam doa.
5. Berdoa secara Pribadi
Di samping Ibadat Harian dan berdoa
bersama, umat beriman dianjurkan agar selalu berkanjang dalam doa,
sebagaimana diajarkan oleh Rasul Paulus (lihat 1Tes 5:17). Gereja
menandaskan: selain dipanggil untuk berdoa bersama, orang kristen harus
juga masuk ke dalam biliknya untuk berdoa secara pribadi seperti
dikatakan Yesus sendiri, “Jika Engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat yang
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.” (lihat Mat 6:6; KL 12).
6. Terlibat dalam Kehidupan Jemaat setempat (Lingkungan, Stasi, Paroki)
Kita adalah Tubuh Kristus. Setiap anggota
mempunyai tugas dan peran yang khas, yang tak tergantikan (lihat 1Kor
12:12-31). Maka setiap anggota jemaat harus sungguh terlibat dalam semua
segi kehidupan Gereja (persekutuan, liturgi, pewartaan dan pelayanan)
baik dalam lingkup lingkungan, stasi, maupun paroki. Mereka juga terikat
dengan kewajiban membantu memenuhi kebutuhan Gereja (lihat KHK 222).
7. Terlibat dalam Masyarakat
Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus
menegaskan bahwa kita adalah garam dan terang dunia (lihat Mat 5:13-16).
Maka setiap orang beriman dituntut sungguh-sungguh melibatkan diri
dalam masyarakat, dan lewat keterlibatan ini mengamalkan amanat Yesus
menggarami dan menerangi dunia.
Mereka hendaklah sungguh terlibat dalam
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat, terutama yang
miskin dan terlantar (lihat OS I).
8. Berpuasa dan Berpantang
Puasa adalah ungkapan tobat, dan sekaligus merupakan ulah doa yang hangat.
Dalam tradisi Gereja, puasa merupakan
ibadat yang penting, yang dilaksanakan umat sebagai persiapan untuk
perayaan-perayaan besar, khususnya Paskah.
Dalam tradisi Gereja, para katekumen
berpuasa sebelum dibaptis. Mendampingi mereka, seluruh umat beriman juga
berpuasa. Masa Puasa yang secara resmi ditetapkan Gereja adalah
Prapaskah. Tetapi, selama Masa Prapaskah itu hari puasa resmi hanya dua,
yakni Rabu Abu dan Jumat Agung. Puasa Paskah harus dipandang keramat
dan dilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat Agung. Bila mungkin, puasa
ini hendaklah diperpanjang sampai hari Sabtu Suci (lihat KL 110). Namun
Gereja sangat menghargai warganya yang berpuasa penuh selama 40 hari
menjelang Paskah meneladan cara berpuasa Musa, Elia dan terutama Yesus.
Di samping itu, secara pribadi, umat kristen disarankan untuk berpuasa
pada hari-hari yang dipilihnya sendiri, sebagai ungkapan tobat dan laku
tapa. Puasa ini juga bermanfaat untuk membangun semangat pengendalian
diri dan menumbuhkan semangat setiakawan dengan sesama yang
berkekurangan.
Di samping berpuasa, Gereja juga
mempunyai kebiasaan berpantang. Pantang dilakukan setiap Jumat sepanjang
tahun, kecuali jika hari Jumat itu bertepatan dengan hari raya gerejawi
(lihat KHK 1251). Pada hari-hari puasa dan pantang umat kristen
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian untuk berdoa, beribadat,
melaksanakan olah tobat dan karya amal (lihat KHK 1249). Kecuali itu
Gereja juga menetapkan pantang selama satu jam sebelum kita menyambut
Sakramen Mahakudus.
9. Memeriksa Batin
Dewasa ini, manusia semakin sibuk. Untuk
mengimbangi kesibukan yang lebih bersifat lahiriah dan badani ini, kita
perlu meningkatkan olah batin: mengadakan renungan, mawas diri. Dalam
Gereja, pemeriksaan batin ini sering dikaitkan dengan pertobatan karena
lewat pemeriksaan batin ini kita dibantu untuk jujur di hadapan Allah:
menyadari dan mengakui kekurangan yang tak dapat kita tutupi. Sebab
kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri, dan
kebenaran tidak ada di dalam kita (lihat 1Yoh 1:8).
Pemeriksaan batin dapat membantu kita
makin sadar akan kebaikan Allah dan membangkitkan penyesalan yang tulus
atas dosa (lihat PUTL 26). Pemeriksaan batin sebaiknya diadakan setiap
hari menjelang tidur, atau pada saat-saat khusus: rekoleksi, retret,
Perayaan Ekaristi dan lain-lain.
10. Mengaku Dosa di Hadapan Imam
Inti hidup kristen adalah bertobat:
meninggalkan dosa dan kegelapan, lalu hidup sebagai anak-anak terang
(lihai Ef 5:8). Orang yang bertobat adalah orang yang dengan tulus
menyadari kelemahan dan kedosaannya, dan dengan rindu mendambakan
perdamaian kembali dengan Allah dan dengan sesama warga, seperti anak
hilang yang kembali kepada bapanya yang penuh kasih (lihat Luk
15:11-32). Yesus sendiri bersabda, “Akan ada suka-cita besar di surga
karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk 15:7). Tobat berpuncak
pada pengakuan dan pengampunan. Inilah yang disebut rekonsiliasi atau
perdamaian kembali. Perdamaian ini merupakan peristiwa suka-cita yang
membawa penyegaran dan hidup baru, karena dengan itu Allah sendiri
mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya (lihat 2Kor 5:18).
Mengaku dosa di hadapan imam merupakan
perwujudan dari tobat. Dengan mengaku dosa, orang berdosa kembali
menjalin ikatan yang baik dengan Allah dan sesama warga Gereja.
Sehubungan dengan pengakuan dosa ini,
Gereja juga mempunyai kebiasaan Ibadat Tobat Jemaat, yang dimaksudkan
untuk membangun dan mengembangkan sikap tobat dalam diri umat.
TATA PERAYAAN EKARISTI
TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN
EKARISTI:
Bagian 1 : RITUS PEMBUKA
Bertujuan mempersatukan umat yang
berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah danmerayakan
Ekaristi dengan layak.
Ritus pembuka terdiri atas beberapa
bagian :
1. Perarakan masuk (berdiri):
tujuan untuk membuka misa, membina
kesatuan umat, mengantar masuk misteri iman sesuai dengan masa liturgi,
mengiringi perarakan imam beserta pembantunya
2. Pendupaan & Penghormatan
Altar :
• Imam (mewakili umat) menghormati altar dengan
mencium altar.
• Pendupaan diadakan untuk hari-hari besar / hari
khusus. Imam mengisi dupa & memberkati dengan membuat tanda salib.
Pendupaan itu untuk penghormatan pada Sakramen Mahakudus, reliqui salib/patung
Tuhan, bahanpersembahan, Kitab Injil,lilin paskah, imam dan jemaat.
3. Tanda Salib :
Imam mulai perayaan ekaristi dengan
membuat tanda salib “Dalam (Demi) nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Umat membuat
tanda salib dan menjawab “Amin”. TANDA SALIB menyatakan 2 pengakuan iman-Tanda
Keselamatan kita, yakni Salib Kristus, Kekuatan dan kemegahan orang Kristen
terletak pada “salib Tuhan kitaYesus Kristus” (Gal 6:14)
Mengenang pembaptisan kita, dengan
menyebut Allah Tritunggal. Oleh karena itu setiap kita membuat tanda salib
sebenarnya menghubungkan kita dengan Sakramen Baptis.
4. Salam :
Imam menyampaikan salam dengan
mengatakan “Tuhan sertamu” dan umat menjawab “ Dan sertamu juga”, menyatakan
bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah umat yang hadir.
5. Pengantar :
Imam mengarahkan umat kepadainti
bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.
6. Tobat (berlutut) :
umat menyampaikan penyesalan dan
pertobatan atas dosa dan kesalahan pada Tuhan dan sesama. Ada beberapa rumusan
pernyataan tobat, salah satunya “Saya mengaku kapada Allah yang Maha Kuasa...” dan
kemudian imam memberikan ABSOLUSI / PENGAMPUNAN dengan menjawab “Semoga Allah
yang Mahakuas mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke
hidup yang kekal”. Absolusi / Pengampunan ini tidak memiliki kuasa yang sama
dengan pengampunan pada Sakramen Tobat.
7. Tuhan Kasihanilah:
seruan / litani untuk mohon belas
kasih Tuhan, yang diteladankan dua orang buta yang disembuhkan Yesus (lih Mat
9:27).
8. Kemuliaan (berdiri):
madah untuk memuji dan memuliakan
Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
9. Doa Pembukaan :
diawali dengan waktu hening untuk
menyadari kehadiran Tuhan, mengungkapan
permohonan kita dalam hati, kemudian Imam menggabungkan seluruh doa dengan ujud
doa pada misa tersebut.
Bagian 2 : LITURGI SABDA
Terbagi menjadi 2 struktur : Allah
yang bersabda dan Umat yang menanggapi. Merupakan dialog perjumpaan antara Allah
yang bersabda dan umat yang menanggapi (mazmur tanggapan)
1. Bacaan Pertama (duduk) :
Bacaan Pertama diambil dari Kitab
Suci Perjanjian Lama. Bacaan pertama ada hubungannya dengan Injil hari itu ; tujuannya
memberi latar belakang sehingga menambah pengertian/ pemahaman sejarah
keselamatan Allah dari perjanjian lama dan berpuncak pada Yesus yang di
wartakan dalam Injil.
2. Mazmur Tanggapan (duduk)
Merupakan tanggapan umat atas Sabda
Allah yang baru diwartakan. Biasanya dinyanyikan yang diilhami oleh Allah sendiri
karena diambil dari Kitab Mazmur dan umat menyanyikan dibagian refren.
3. Bacaan Kedua (duduk)
Bacaan Kedua biasanya diambil dari
tulisan / surat di perjanjian baru, misalnya salah satu surat Rasul Paulus dll.
Bacaan kedua mewartakan iman akan Yesus menurut konteks Gereja Perdana. Bacaan
kedua bertujuanmempersiapkan umat pada puncak perayaan sabda yakni Injil.
4. Alleluya / Bait Pengantar Injil (berdiri)
Tujuan untuk mempersiapkan umat
untuk mendengarkan bacaan Injil, umat menyanyikan “ALLELUYA” artinya Terpujilah
Tuhan, yang mengingatkan pujian atas Tuhan yang bangkit / Paskah. Semua umat
berdiri sebagai ungkapan hormat pada Sabda Allah.
5. Injil (berdiri)
Merupakan puncak Liturgi Sabda.
Gereja percaya bahwa Kristus "hadir dalam sabda-Nya, karena Ia sendirilah
yang bersabda ketika Kitab Suci dibacakan di gereja". Oleh karena itu,
bacaan injil mempunyai beberapa keistimewaan :
• Dibacakan oleh imam / diakon dan umat berdiri.
• Injil di hormati dengan pendupaan (untuk hari
raya/ pesta)
• Sebelum bacaan injil ada dialog antara imam
& umat : "Tuhan sertamu” dan umat menjawab “Dan sertamu juga”.
• Kemudian Imam berkata, "Inilah Injil Yesus
Kristus menurut (Lukas / Matius / Markus /Yohanes)” dan umat menjawab
“Dimuliakanlah Tuhan”, sambil membuat TANDA SALIB di kening, bibir dan hati
dengan ibu jarinya, kita bisa ungkapkan dalam hati “SabdaMu, ya Tuhan kami
pikirkan dan renungkan (tanda salib dikening), kami wartakan (tanda salib
dimulut), dan kami resapkan dalam hati (tanda salib didada/hati).
6. Homili (duduk)
Homili dimaksudkan untuk mewartakan
dan mendalami sabda Allah / misteri iman yang bertolak dari bacaan / tema yang
baru dibacakan, de
ngan bahasa / situasi umat yang
dihadapi saat ini sehingga dapat memperteguh iman umat.
7. Syahadat–Doa Aku Percaya (berdiri)
Merupakan pernyataan iman seluruh
umat, sekaligus meng-AMIN kan bacaan dan homili yang telah kita dengarkansebelumnya.
8. Doa Umat (berdiri)
Adalah doa seluruh umat beriman
bukan hanya untuk kepenting diri sendiri dan kelompok, melainkan doa untuk seluruh
Gereja semesta. Biasanya doa umat mencakup : doa bagi Gereja, negara dan
pemimpin masyarakat, bagiorang-orang dengan kepentingan khusus dan bagi
kepentingan umat paroki. JIka di beri waktu hening, kita pun dapat mendoakan
doa kita dalam hati. Ditiap doa umat menjawab “Kabulkanlah doa kami, ya
Tuhan."
Biasanya doa dibuka & ditutup
oleh imam / prodiakon, kemudian tiap doa didoakan oleh lector/pembaca.
Bagian 3 : LITURGI EKARISTI
1. PERSEMBAHAN (duduk)
A. Kolekte
Persembahan umat diwujudkan dalam
KOLEKTE (pengumpulan uang). Kolekte bukan bertujuan untuk membebani umat /
memperkaya gereja / memperkaya imam. Kolekte adalah bentuk partisipasi umat
bukan hanya untuk keperluan roti dan anggur yang akan di ubah menjadi Tubuh dan
Darah Kristus, tapi yang lebih utama adalah UNGKAPAN SYUKUR atas kebaikan
Allah. Uang hasil kolekte dipakai untuk berbagai keperluan gereja dan kepedulian
kita terhadap orang miskin. Selama kantong kolekte diedarkan, Imam
mempersiapkan altar, mendoakan persembahan yang ada di altar agarpantas
diterima Tuhan, Imam berdoa agar diriNya pantas untuk mempersembahkan Tubuh dan
Darah Kristus sambilmembasuh tangan tanda penyucian.
B. Doa Persiapan Persembahan
Selanjutnya Imam mengajak umat untuk
berdoa “Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselematan
kita serta seluruh umat yang kudus” dan umat menjawab "Amin” atas Doa
Persiapan Persembah
an dan berlutut / berdiri untuk
mengikuti Doa Syukur Agung.
2. DOA SYUKUR AGUNG (berlutut)
Doa Syukur Agung (disingkat DSA)
adalah puncak perayaan Misa dan inti iman kita. DSA merupakan suatu doa syukurdan
pengudusan. Bagian-bagian yang paling penting dalam Doa Syukur Agung ialah:
A. Prefasi (berdiri) :
artinya doa yang mengiringi kurban,
sebagai bentuk ucapan syukur atas seluruh karya penyelamatan Nya.-Imam
mengawali dengan "Tuhan bersamamu." Dan di jawab “Dan sertamu juga”-Imam
mengajak untuk lebih fokus / mengarahkan perhatikan/hati kita seluruhnya kepada
misteri iman : “Marilahmengarahkan hati kepada Tuhan”, umat menjawab “Sudah
kami arahkan”-Imam mengundang umat untuk bersyukur kepada Tuhan “Marilah
bersyukur kepada Tuhan Allah kita”, umat menjawab : "Sudah kami arahkan."
Sesudah dialog, imam melanjutkan
dengan doa intinya pujian syukur dan memuji karya agung Allah yang menyelamatkan
manusia
B. Menyanyikan / menyerukan KUDUS :
menyatakan betapa luar biasanya
Allah kita "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, surga dan
bumi penuh kemuliaan-Mu."
C. Mendoakan Doa Syukur Agung (berlutut).
Dalam TPE ada 10 jenis Doa Syukur
Agung dan dipilih salah satu sesuai dengan tema perayaan). Doa Syukur Agung diucapkan
oleh imam saja. Bagian-bagian dari Doa Syukur Agung:
- Diawali doa permohonan agar Roh Kudus
menguduskan roti dan anggur
- Bagian terpenting : kisah institusi dan
konsekrasi, yaitu perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus
secara transsubstansial. Kisah ini mengutip ucapan dan tindakan Yesus pada
Perjamuan Terakhir yaitu
"Terimalah dan makanlah. Inilah TubuhKu
yang diserahkan bagimu" dan "Terimalah dan minumlah. Inilah piala darahKu,
darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan semua orang demi
pengampunan kekal. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku." Di situ Kristus
mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan
memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan diminum, Kalimat
"Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku", yang menjadi dasar terselenggaranya
Perayaan Ekaristi hingga saat ini.
- Setelah konsekrasi diucapkan/dinyanyikan
anamnesis, menyatakan tiga misteri iman Kristen: kematian Kristus, kebangkitan
Kristus dan kedatanganNya kembali.
- Dilanjutkan dengan doa dengan ujud khusus:
bagi arwah, para orang kudus, pimpinan gereja mulai paus, uskup,imam hingga
umat biasa. Ini kelebihan orang katolik dibandingkan orang kristen, yaitu
Gereja Katolik selalu mendoakan para leluhur yang sudah meninggal agar
mendapatkan pengampunan dosa & kehidupan kekal.
- Doa Syukur Agung ditutup dengan Doksologi,
yaitu pujian kepada Allah, Imam mengangkat piala dan hosti sambil
mengucapkan "Dengan pengantaraan
Kristus, bersama Dia dan dalam DIa, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam
persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala
masa" dan umat berkata "Amin".
3. BAPA KAMI (berdiri)
Kita mempersiapkan diri untuk makan
dan minum di meja perjamuan Tuhan dengan kata-kata yang diajarkan oleh Yesus
"Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti
kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami
4. DOA DAMAI (berdiri)
Komuni (dari bahasa Latin 'communio'
= persekutuan) adalah sumber rekonsiliasi serta persekutuan kita dengan Tuhan
dan dengan seluruh umat, oleh karena itu sebelum menerima komuni, Imam mengajak
umat berjabat tangan kepada umat di sekeliling kita sebagai tanda damai &
cinta kasih, sambil menyanyikan lagu “Salam Damai”.
5. PEMECAHAN ROTI diiringi Anak
Domba Allah (berlutut)
Imam memecahkan Hosti diiringi
dengan lagu Anak Domba Allah.
Pemecahan roti menandakan bahwa umat
beriman yang banyak itu menjadi satu (1 Kor 10:17) karena menyambut komuni dari
roti vang satu, yakni Kristus sendiri, yang wafat dan bangkit demi keselamatan
dunia.
6. KOMUNI
- Komuni diawali dengan Imam mengangkat tinggi
hosti dan piala anggur yang telah dikonsekrasikan sambal mengucapkan
"Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita
yang diundang ke perjamuannya" dan umat menjawab "Ya Tuhan,saya tidak
pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan
sembuh", kemudian Imam berkata "Tubuh dan Darah Kristus", dan
ditanggapi oleh umat dengan berkata "Amin". Kalimat ini mengutip
kalimat tanda iman dari perwira kapernaum yang memohon penyembuhandari Yesus
(lihat Mat 8:8). Iman ini pula yang kita teladani, dengan menerima Tubuh
Kristus, kita pun disembuhkan!
- Imam menerima komuninya, kemudian
memberikannya prodiakon, putra altar, putri sakristi dan kemudian kepadaumat
lainnya.
- Umat dapat menerima komuni dalam satu rupa
atau dua rupa dalam kesempatan khusus. Ajaran iman Gereja Katolik mengajarkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara satu rupa (hanya menerima Hosti) maupun
dua rupa (menerima Hosti dan Anggur).
- Pembagi komuni akan mengucapkan "Tubuh
Kristus" dan penerima komuni menjawab "Amin" dengan sikap hormat.
- Setelah umat menerima komuni, umat kembali ke
tempat duduk dan berdoa secara pribadi. Isi doa pribadi dapat berupa ucapan
syukur & memuji Tuhan karena Tuhan hadir & tinggal dalam hidup kita,
permohonan agar dengan kehadiran Tuhan, kita semakin di beri kekuatan dan
dibimbing terang Roh Kudus. (Lihat Buku Puji Syukur no 211)
7. DOA SESUDAH KOMUNI (berlutut)
Untuk menyempurnakan permohonan umat
Allah, dan sekaligus menutup seluruh ritus komuni, imam memanjatkan doa sesudah
komuni. Dalam doa ini imam mohon, agar misteri yang sudah dirayakan itu
menghasilkan buah.
Bagian 4 : RITUS PENUTUP
1. PENGUMUMAN (duduk)
2. BERKAT & PENGUTUSAN
(berlutut)
Imam memberi berkat dengan menyerukan
Tritunggal Mahakudus sambil memberi berkat- Bapa, Putera dan Roh Kudus - kita
membuat tanda salib. Kemudian imam mengakhiri Misa dengan berkata:
"Marilah pergi! Kita diutus" dan kita jawaban liturgi,
"Amin".
Perutusan merupakan konsekwensi dari
seluruh perayaan. Setelah mendengarkan firman Tuhan, mengamininya,kitapun
dipanggil untuk mewartakannya melalui hidup sehari-hari.
3. PERARAKAN (berdiri)
Seluruh umat memberi hormat kepada
altar. Imam dan para pelayan meninggalkan ruang altar
Langganan:
Postingan (Atom)