PENYADARAN TUBUH, MENGUASAI PIKIRAN
Latihan ini sifatnya memperdalam
latihan yang mendahului. Latihan sebelumnya dapat anda anggap terlalu amat
sederhana, begitu sederhana, hingga rasanya seperti tipuan saja. Tetapi
kontemplasi itu memang sederhana. Untuk mencapai kemajuan tidak perlu cara-caranya
dipersulit, tetapi justru dijaga tetap sederhana, dan ini malahan dirasa amat
sulit oleh kebanyakan orang. Singkirkan rasa bosan. Jauhkan godaan, yang mau
mencari-cari barang baru, tetapi usahakanlah pendalaman.
Untuk dapat mengambil manfaat
sepenuhnya dari latihan ini dan yang sebelumnya, anda harus melakukannya dalam
waktu cukup lama. Saya pernah mengikuti retret budha, dan disitu saya
berkanjang tidak kurang dari dua belas sampai empat belas jam tiap hari, hanya
memusatkan perhatian pada udara masuk-keluar lewat lubang hidung. Tidak ada
selingan, tidak ada kegiatan, tanpa buat gagasan untuk mengisi pikiran! Saya
masih ingat akan hari, dimana kita menggunakan waktu dua belas jam atau lebih
untuk menyadari semua perasaan, yang dapat ditemukan pada setitik tempat antara
kedua lubang hidung dan bibir bagian atas. Kebanyakan kita hanya mengalami rasa
kosong selama berjam-jam, dan hanya dengan sabar dan tahan, teteap tekun dalam
konsentrasi, akhirnya tempat tubuh kebal ini menunjukan perasaan-perasaan juga.
Apa gunanya ini semua dari segi
doa, tanya anda. Satu-satunya jawaban, yang kuberikan pada tahap ini, hanyalah:
jangan bertanya. Lakukanlah apa yang dilatihkan kepada anda, dan anda akan
menemukan jawaban sendiri. Kenyataan tidak ditemukan dalam kata-kata
penjelasan, tetapi dalam tindakan dan pengalaman. Maka sekarang berusaha,
dengan percaya dan tabah (dan ini memang akan sangat diperlukan) dan tidak
lamalagi anda akan menemukan jawaban dari pengalaman!
Anda kemudian juga akan menolak
menjawab pertanyaan orang lain, juga kalau pertanyaan itu nampak praktis. Semua
pertanyaan intinya berkata: “Tunjukan kepada saya”. Dan jawaban yang tepat
hanya: “Bukalah mata dan lihatlah sendiri”. Saya lebih suka, anda berjalan
mengikuti saya mendaki gunung, dan mengalami matahari terbit, dari pada
bersusah-susah mau menggambarkan, bagaimana rasanya kalau anda melihat matahari
terbit dari puncak gunung. “Mari ikut dan lihat”, kata Yesus kepada dua murid
yang bertanya. Amat bijaksana!
Segala keindahan matahari terbit di
puncak gunung dan lebih banyak lagi akan anda temui, tersimpan dalam latihan
begitu remeh,hanya menyadari perasaan tubuh berjam-jam dan berhari-hari. Saya
anjurkan, anda selalu mulai waktu doa dengan latihan ini. Tekuni latihan itu,
sampai anda mencapai ketenangan dan keheningan, lalu baru meningkat pada doa,
entah bentuk dan macam doa apa biasa anda lakukan. Anda dapat melakukan latihan
ini dengan manfaat penuh pada waktu-waktu lain juga, sepanjang hari: pada
waktu-waktu yang saying dibuang, seperti kalau anda menunggu datangnya kereta
api atau bis, bila anda lelah dan tegang, mau merasa santai sedikit, bila masih
ada sisa waktu beberapa menit, dan anda tidak tahu mau apa.
Saya harap waktunya akan tiba, anda
mengalami kesegaran dan kegembiraan dengan penyadaran ini, hingga anda tidak
mau pindah pada doa lain lagi. Pada waktu itu anda akan berkanjang di dalamnya
dan mengalami santai murni, tersembunyi dalam latihan sederhana ini.
Kontemplasi semacam ini, kemudian masih akan saya bicarakan.
Sekarang kita meningkat pada
latihan berikut: dapat dirumuskan dalam beberapa kalimat, tetapi harus dilatih
dan diulangi lagi kerap kali. Dalam kelompok samadi, saya tidak pernah lupa
menganjurkan agar orang selalu mulai dengan latihan ini selama beberapa menit,
setiap kali kami berkumpul, dan para anggota saya anjurkan menekuni latihan
setiap hari selama beberapa menit, sekurang-kurangnya pagi, siang, malam.
Pejamkan mata. Ualngi latihan yang
sebelumnya, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda,
dan menyadari semua perasaan yang anda jumpai pada setiap bagian. Lakukan ini
selama barang lima menit.
Sekarng pilihlah satu bagian kecil
pada wajah anda: misalnya dahi, atau pipi, atau dagu. Cobalah sadari setiap
perasaan di bagian ini.
Pada permulaan nampaknya itu tidak
ada perasaan sama sekali. Kalau ini yang dialami, sebaiknya mengulang latihan
sebelumnya lebih dahulu. Lalu kembali pada bagian yang sudah ditentukan, dan
terus bertahan ditempat itu, sampai menemukan suatu perasaan, entah betapa lemahnya.
Kalau ada perasaan timbul pertahankanlah itu. Mungkin hilang lagi, atau berubah
menjadi perasaan yang lain. Mungkin perasaan-perasaan lain tumbuh disekitarnya.
Sadarilah perasaan macam apa yang
timbul: seperti semutan, gatal, panas, mengeliat, mengetar, mendebar,
membeku………………..
Jika pikiran menyasar, kembalikan
dengan sabar pada latihan, segera sesudah anda sadar akan itu.
Saya ingin mengakhiri bab ini
dengan menganjurkan latihan serupa untuk waktu di luar doa. Kalau anda
berjalan, sadarilah sebentar gerakan kaki anda. Hal ini dapat anda lakukan
dimana saja, juga di jalan ramai. Soalnya bukan mengetahui, bahwa kaki anda bergerak,
tetapi merasai gerakan kaki anda. Ini akan membuat anda menyadari, menjadi
tenang, tenteram. Bahkan ini dapat dijadikan latihan konsentrasi pula, tetapi
ini lalu harus dijalankan pada tempat yang aman, dimana anda tidak dilihat
orang. Mereka melihat anda bertingkah, tentunya akan mengira, ada apa-apa ini!
Ini latihannya:
Sambil berjalan mondar-mandir di
kamar atau di gang, anda mulai memperlambat gerak, hingga anda penuh menyadari
setiap gerakan kaki anda. Sadarilah gerakan-gerakan berikut: mengangkat kaki
kiri……. mau melangkah maju…..kaki kiri menyentuh tanah….. berat tubuh bergeser
pada kaki kiri………
Sekarang mengangkat kaki
kanan…..melangkah maju menapakkan kaki ke tanah di muka anda ………dan seterusnya.
Untuk membantu konsentrasi anda
dapat berkata dalam hati,
Sambil mengankat kaki kiri:
“angkat……angkat…..angkat………..”
Dan kalau bergerak maju: “
gerak…………gerak……..gerak…………”
Dan kalau menapak pada tanah: “
tapak………..tapak………tapak………….”