KERANGKA ACUAN (TERM
OF REFERENCE)
PELATIHAN TAHAP I
DALAM RANGKA PELATIHAN PEMBERDAYAAN UMAT (PPU):
PENDAMPING OMK DAN
PENGGERAK KELOMPOK KATEGORIAL
KEUSKUPAN PURWOKERTO
LATAR BELAKANG
Gereja
atau paguyuban orang beriman Katolik Keuskupan Purwokerto hidup di tengah
konteks aktual negara dan bangsa Indonesia, khususnya di wilayah Jawa
Tengah bagian barat. Sebagai bagian dari warga begara dan masyarakat, umat beriman
Katolik turut terlibat dalam dinamika kehidupan bersama di tengah masyarakat.
Apa yang menjadi persoalan, kebutuhan, harapan dan tantangan yang dialami
masyarakat dalam berbagai dimensinya juga dialami dan dihadapi oleh umat
Katolik. Di sinilah panggilan dasar sebagai umat Katolik mendapatkan tempat
bagi aktualisasinya. Umat Katolik dipanggil untuk menghayati dan mewujudkan imannya dalam keterlibatan nyata di
tengah pergumulan masyarakat zaman ini.
Keterlibatan umat Katolik dalam
menghadapi kompleksitas persoalan dan tantangan dalam bidang ekonomi, politik,
sosio-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini (khususnya di wilayah
Keuskupan Purwokerto) semakin dibutuhkan. Namun ada indikasi bahwa keterlibatan
umat Katolik saat ini melemah. Hal ini nampak dari minimnya kader-kader Katolik
yang unggul dan berpengaruh dalam bidang-bidang tersebut di atas. Kader-kader
Katolik memang sudah ada tetapi persoalan utamanya terletak pada lemahnya
proses pemberdayaan yang berkualitas dan berkelanjutan terhadap kader-kader tersebut.
Pemberdayaan yang dimaksud adalah proses dan gerakan supaya para kader menjadi
berdaya,
memiliki otoritas, menjadi subyek dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat, dan
kehidupannya menjadi lebih baik sesuai dengan peran dan perutusannya.
Persoalan pemberdayaan
dalam diri para kader itu menunjuk pada dua sasaran: pertama, pendampingan orang muda katolik (OMK) sebagai subyek bina
yang akan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin atau rasul
kemasyarakatan; kedua, penggerak
kelompok kategorial Gerejani selain OMK dan organisisasi kemasyarakatan yang
beridentitas Katolik. Berkaitan dengan sasaran pertama, pendampingan OMK tidak bisa
dipungkiri merupakan suatu hal yang penting dalam karya pastoral pengembangan
Gereja Keuskupan Purwokerto. Hal ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah atau keprihatinan yang berakar pada “lemahnya
pendampingan Orang Muda Katolik”. Senada dengan
itu, penyiapan kader-kader atau “rasul
kemasyarakatan” melalui kelompok kategorial gerejani non-OMK dan ormas
beridentitas Katolik juga kurang memadai. Hal ini juga disebutkan dalam
Muspas 2012: “lemahnya/kurangnya kader Gereja.” (bdk. Arah Haluan Keuskupan
Purwokerto 2012-2016, hlm 40).
Strategi yang perlu dipilih untuk mengatasi
masalah lemahnya (baik kuantitas maupun
kualitas) pendampingan OMK dan pemberdayaan “rasul kemasyarakatan” adalah
dengan mempersiapkan tenaga pendamping dan penggerak yang profesional serta sarana-prasarana pendampingan yang memadai di setiap
paroki se-Keuskupan Purwokerto (Gereja Keuskupan Purwokerto Menegaskan Arah; 32). Disadari bahwa peran para pendamping dan penggerak yang memiliki komitmen dan kompetensi dalam misi
pendampingan OMK serta kaderisasi rasul
kemasyarakatan sangatlah penting. Apalagi dihadapkan pada tantangan dinamika OMK dan masyarakat aktual, pendampingan yang men-zaman (up to date)
sangatlah dibutuhkan. Selain itu, Musyawarah Pastoral Keuskupan Purwokerto (MUSPAS KP) 2006 dengan jelas menemukan bahwa tenaga pastoral yang
handal (baik hirarki, rohaniwan/wati dan awam) dalam karya pastoral kaum muda dan kaderisasi rasul awam belum memadai (baik dari segi
kuantitas maupun kualitas). Muspas 2012 kembali menekankan hal ini: “perlu
adanya paguyuban yang mempunyai pola regenerasi dan kaderisasi” (Arah Haluan
Keuskupan Purwokerto 2012-2016, hlm 87). Pertanyaannya: bagaimana meningkatkan komitmen dan kapasitas para pendamping
OMK dan penggerak kelompok
kategorial/ormas beridentitas Katolik agar dapat memberikan pelayanan kepada OMK serta menyiapkan rasul kemasyarakatan secara memadai dan up to
date?
Dilatarbelakangi oleh masalah dan tantangan yang terumuskan dalam butir-butir
pertanyaan itulah, Pelatihan Pendamping OMK dan penggerak Kelompok Kategorial Keuskupan Purwokerto dipilih sebagai strategi agar pemberdayaan yang manusiawi dan kristiani dapat tercapai dan muncul rasul-rasul kemasyarakatan dari kalangan
Katolik.
Untuk itu dibentuklah
tim pemberdayaan lintas komisi Keuskupan Purwokerto sebagai wadah yang bertugas
mengkordinir jalannya pemberdayaan para kader dengan mengadakan pelatihan berjenjang.
Tim ini telah terbentuk pada Oktober 2009 dibawah kordiniasi Vikjend Keuskupan Purwokerto.
Sebagai langkah awal, tim telah menyelenggarakan analisa TOWS dan Kebutuhan Pendamping OMK dan Penggerak Kelompok Kategorial/Ormas beridentitas
Katolik pada
bulan November 2009. Tim juga telah
menyusun
Kurikulum dan Modul Pendampingan OMK dan
Penggerak Kelompok Kategorial/Ormas beridentitas Katolik di Keuskupan Purwokerto.
Kemudian, langkah yang
sangat penting yakni pelatihan pendamping OMK/Kelompok Kategorial/Ormas beridentitas Katolik.
Pelatihan ini dibuat berjenjang yakni: tingkat dasar dilakukan setahun dua kali. Setelah
dua kali melakukan pelatihan tingkat dasar, para pesertanya diikutsertakan dalam pelatihan pendamping tingkat menengah. Kemudian, pelatihan tingkat lanjut (advance) yang dilakukan setelah tiap dua kali pelatihan tingkat
menengah. Pelatihan pada jenjang yang lebih tinggi dilakukan setelah dua kali
penyelenggaraan pelatihan pada jenjang sebelumnya karena mengantisipasi
berkurangnya para pendamping yang masih terlibat aktif dan dapat mengikuti
pelatihan pada jenjang yang lebih tinggi tersebut, dan untuk memulai pengguliran proses dan gerakan
pemberdayaan tersebut, diadakanlah pelatihan tahap I.
TUJUAN PELATIHAN TAHAP I
a.
Tujuan Umum:
Tujuan
umum pelatihan dalam rangka pemberdayaan tahap I ini adalah komitmen dan kesadaran akan peran penting para
aktifis Gereja Katolik, yakni pendamping OMK dan
penggerak Kelompok Kategorial/Ormas beridentitas Katolik dalam karya pendampingan kaum
muda serta penyiapan rasul kemasyarakatan
di wilayah
Keuskupan Purwokerto.
b.
Tujuan Khusus:
Tujuan
Khusus pelatihan dalam rangka pemberdayaan tahap I ini adalah:
1.
Peningkatan kapasitas (kognitif, afektif dan konatif)
Pendamping OMK dan Penggerak Kelompok
Kategorial/Ormas beridentitas Katolik dalam melakukan karya pendampingan secara optimal,
berkelanjutan dan mampu menjawab tantangan zaman.
2.
Perekrutan dan pelatihan para calon pendamping OMK dan penggerak kelompok kategorial/Ormas beridentitas
Katolik yang
memiliki komitmen dan kapasitas memadai.
SASARAN
Aktifis Gereja Katolik di Keuskupan
Purwokerto sebanyak 60 orang berumur
21-40 tahun (panitia pelaksana akan mengirim kriteria secara lengkap beserta
assesment untuk peserta).
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari :
Jumat-Minggu, 31 Agustus-2 September 2012
Tempat
: Rumah Retret Kaliori
MATERI
1.
Spiritualitas
Pribadi
2.
Katolisitas yang
menggarami masyarakat.
3.
Spritualitas Kepemimpinan Yesus: prinsip dasar kepemimpinan, spiritualitas, ketrampilan
dasar seorang pemimpin.
METODE
1.
Experential learning (belajar dari dan
melalui pengalaman): refleksi pribadi, refleksi kelompok, sharing
2.
Ceramah, game.
3.
Outbound.
4.
Rencana Tindak Lanjut: tugas dan komitmen pribadi, tim kerja,
jaringan, program, pendanaan, monitoring, dan evaluasi.
Demikianlah kerangka
acuan Pelatihan Tahap I Dalam Rangka Pemberdayaan Pendamping OMK dan Penggerak
Kelompok Kategorial Keuskupan Purwokerto, semoga menjadi sarana yang baik untuk
bahan acuan pelatihan yang direncanakan dan tercapailah tujuan kegiatan ini.
Purwokerto, 4 Agustus 2012
Robertus Suraji, Pr
Koordinator Tim Pemberdayaan
Tarcisius Puryatno, Pr
Vikjend