Pada Tanggal 5 Agustus kemarin Paroki Santo Stephanus mengadakan sosialisasi dan pelatihan mengenai teknik - teknik berliturgi yang baik. Materi ini disampaikan oleh Bp. Bambang Hernawo yang telah mengikuti pelatihan Dirigent, Mazmur di Yogyakarta pada tanggal 6-12 Juli 2012. Dalam kesempatan ini ternyata banyak minat dari wakil-wakil Lingkungan maupun stasi yang dengan antusias mengikui acara ini.
1.
DIRIGENT
A. Tehnik Aba-aba (lihat lampiran 1)
B.
Teknik Vokal yang perlu
diketahui Dirigen:
a.
Tip I (NAFAS)
Hindarilah pemborosan nafas pada
awal kalimat. Rencanakanlah persediaan/penggunaan nafas dengan “pikir ke depan”
Bayangkanlah panjangnya kalimat sebagai garis dan ikutilah garis tersebut untuk
membagi nafas hingga cukup sampai akhir kalimat.
b.
Tip II
HIDUPKANLAH setiap nada yang diperpanjang dengan titik
sambil ber-crescendo. Misalnya:
1 .
2 3 4
| 5 .
. . ||
c.
Tip III (ARSIS – TESIS)
Bayangkanlah melodi yang akan dinyanyikan dan carilah arsis – tesisnya (awal – puncak – akhir)
d.
Tip IV (RESONANSI)
Indahkanlah suara Anda dengan mengintensifkan “m, n,
ng”. Pada nada panjang pakailah 50% dari waktu untuk membunyikan m, n dan ng
pada akhir suku kata. Misalnya: imam, Tuhan, datang.
e.
Tip V (BENTUK LIDAH, BIBIR, SIKAP RAHANG)
Ada perbedaan antara bentuk lidah, bibir dan sikap rahang
untuk vokal U, O, A, E dan i.
C. Tips-tips Dirigent Umat:
Ø
Bicaralah dengan organis tentang Lagu: Intro, Tempo dan karakter lagu.
Ø
Bayangkanlah tempo yang tepat untuk lagu yang akan
dipimpin dan berilah aba-aba yang tepat pada organis untuk Intro.
Ø
Sambunglah bunyi dan irama dari Intro tepat pada saatnya
dengan sikap “SIAP” dan “GERAKAN PENDAHULUAN”. Janganlah mulai lagi dengan
hitungan : “satu – dua – tiga” dsb.
Ø
Ikutilah kunci yang tertulis dalam buku umat dan
janganlah dirubah seenaknya, karena dapat menimbulkan masalah besar bagi
pengiring.
Ø
Bila tidak ada pengiring, carilah nada DO dengan garpu
tala / stemfluit / organ, kemudian tentukanlah nada awal dari nyanyian. Sebagai “Intronya”
nyanyikanlah 4 birama terakhir lagu dengan na-na-na dengan tempo yang pas. Pada
nada penutup ambil sikap siap. Kemudian awalilah nyanyian dengan “gerakan
pendahuluan.”
Ø
Khusus untuk lagu Tuhan Kasihanilah Kami, komunikasikan
dengan Romo. Mau putus-putus, Romo yang membaca pengantarnya atau romo membaca
pengantar terlebih dahulu. Kalau Tuhan Kasihanilah Kami-nya sudah diucapkan Romo,
tidak perlu diulangi lagi, berarti langsung Kemuliaan.
2.
PEMAZMUR (lihat lampiran 2)
a.
Sebagai persiapan bacalah selalu juga bacaan I dan
carilah hubungannya dalam kata-kata kunci yang termuat dalam refren dan
ayat-ayat mazmur.
b.
Mazmur tanggapan adalah renungan. Janganlah
tergesa-gesa untuk mulai tetapi ciptakanlah ketenangan. Tunggu dulu seusai satu
baris dinyanyikan, hembuskanlah sisa nafas dulu dan tarik nafas baru sebelum
mulai membawakan baris berikutnya. Waktu istirahat ini dapat juga diisi dengan
“nada-nada jembatan” oleh organis.
c.
Bacalah satu baris dan bayangkanlah lagunya sebelum
mulai bernyanyi sehingga ada kesan bahwa Anda menguasai apa yang Anda wartakan.
d.
Hindarilah dosa asal pemazmur yakni dengan membawakan
semua nada / suku kata sama panjang / sama penting. Tapi tonjolkanlah kata-kata
kunci dengan memperlebar tempo,
bahkan dengan berhenti sebentar sesudah kata tersebut untuk memberi bobot
padanya. Sedangkan kata-kata yang kurang penting dibawakan dengan lebih cepat /
lancar.
e.
Jagalah artikulasi yang sejelas-jelalsnya. Janganlah
malas membuka mulut. Tonjolkanlah huruf resonansi (m, n, ng, ny), intensifkan
hurus konsonan. Ucapkanlah vokal dengan tepat dan jelas.
f.
Wartakanlah ayat mazmur sebagai Sabda Allah dengan hati. Tuhan
sendirilah yang bersabda. Hindarilah sikap gerising waktu nada tinggi / sulit. Sebaliknya
dukunglah isi mazmur dengan sikap wajah yang sesuai: gembira untuk masmur
pujian; lembut dan lambat untuk masmur tobat dan permohonan; mantap untuk
mazmur kepercayaan, dll.
g.
Alangkah baiknya bila Anda dapat berlatih dengan suara
lantang – bukan hanya dalam hati. (suara kenabian)
h.
Tentukanlah bersama organis tinggi nada yang pas bagi masing-masing mazmur / bait pengantar
injil. Sebaliknya ayat-ayat mazmur dinyanyikan a capella / tanpa iringan demi
penjiwaan yang optimal.
i.
Aturlah tingginya posisi mike dan jagalah jarak dari mike (kira-kira selebar tangan) agar
huruf “p” dan “b” tidak meletus.
j.
Berusahalah untuk berkomunikasi
dengan umat dengan mengajak umat:
Ø
Pada awal mazmur: “marilah kita renungkan bacaan tadi
dengan menyanyikan refren..”
Ø
Sebelum bait pengantar injil : “marilah berdiri untuk
menyambut Sabda Tuhan dalam Injil dengan nyanyian “Alleluya”
Ø
Dengan memandang umat terutama menjelang akhir dari
masing-masing baris / kalimat.
3. LAGU LITURGI vs LAGU POP ROHANI
a.
Batas antara lagu liturgi dan lagu pop rohani tidak
selalu jelas, terdapat zona samar-samar.
b.
Meski cukup banyak lagu pop rohani bicara tentang
Allah, namun tidak cocok dipakai dalam liturgi, kalau syarat-syaratnya sebagai
lagu liturgi tidak terpenuhi, yaitu:
Ø
Lagu Liturgi :
memuat “message” yang datang dari “sana”. Ada di dalam dunia,
namun bukan dari dunia ini.
Ø
Lagu Pop rohani :
menekankan efek yang dialami secara langsung, memancing reaksi dalam perasaan
pribadi (melalui modulasi, akor khusus, pemilihan kalimat, dll); disesuaikan
dengan perasaan pribadi.
c.
Perlu disadari bahwa lagu Pop Rohani tidak lepas dari
keperluan bisnis.
d.
Perlu sikap kritis dalam seleksi lagu-lagu yang liturgi.
Uraian berikut semoga memberi gambaran dalam memilih dan memilah mana lagu
yang liturgi dan mana lagu pop rohani, terutama untuk keperluan Ekaristi.
Musik Gereja atau Sacred Music meliputi lagu liturgi dan lagu rohani atau
non liturgi.
CIRI-CIRI LAGU LITURGI:
a.
Sifatnya fungsional :
diciptakan khusus untuk main peranan dalam perayaan liturgi.
b.
Merupakan bagian dari liturgi resmi:
Ø
Lagu mengiringi liturgi (mis. Pembukaan)
Ø
Lagu mengiringi pertobatan (mis, Tuhan Kasihanilah kami)
c.
Kitabiah :
syairnya diambil / diolah dari Kitab Suci atau teks liturgi.
d.
Eklesial :
Untuk dinyanyikan bersama, menggunakan sebutan “kami / kita”
e.
Khidmat / suci
f.
Berbobot :
diutamakan karya penyelamatan Allah / garis turun
CIRI-CIRI LAGU POP ROHANI:
a.
Diciptakan untuk keperluan non liturgi:
Ø
Keperluan perorangan (di
rumah, di mobil, dll)
Ø
Keperluan pentas (Natal,
panggung gembira, dll)
Ø
Pertemuan rohani (karismatik,
piknik rohani, dll)
Ø
Pendidikan (Sekolah
Minggu / PIA, katekese)
b.
Syairnya bebas (ungkapan iman, ungkapan situasi /
masalah).
c.
Bersifat perorangan, maka banyak menggunakan sebutan “aku”.
d.
Bersifat hiburan, maka melodi / iringan menjadi penting.
e.
Tema lagu pop rohani umumnya mengutamakan segi yang
menyenangkan seperti “aku bersyukur, aku cinta padaMu Tuhan”.
f.
Bahasa yang digunakan umumnya puitis, devosional,
emosional serta egosentris.
g.
Secara teologis, lagu pop rohani kurang memperhatikan
prioritas dari “garis menurun” dan mengutamakan “garis naik”