Latihan 3 Shadana - Penyadaran Tubuh, Menguasai Pikiran


PENYADARAN TUBUH, MENGUASAI PIKIRAN

Latihan ini sifatnya memperdalam latihan yang mendahului. Latihan sebelumnya dapat anda anggap terlalu amat sederhana, begitu sederhana, hingga rasanya seperti tipuan saja. Tetapi kontemplasi itu memang sederhana. Untuk mencapai kemajuan tidak perlu cara-caranya dipersulit, tetapi justru dijaga tetap sederhana, dan ini malahan dirasa amat sulit oleh kebanyakan orang. Singkirkan rasa bosan. Jauhkan godaan, yang mau mencari-cari barang baru, tetapi usahakanlah pendalaman.

Untuk dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari latihan ini dan yang sebelumnya, anda harus melakukannya dalam waktu cukup lama. Saya pernah mengikuti retret budha, dan disitu saya berkanjang tidak kurang dari dua belas sampai empat belas jam tiap hari, hanya memusatkan perhatian pada udara masuk-keluar lewat lubang hidung. Tidak ada selingan, tidak ada kegiatan, tanpa buat gagasan untuk mengisi pikiran! Saya masih ingat akan hari, dimana kita menggunakan waktu dua belas jam atau lebih untuk menyadari semua perasaan, yang dapat ditemukan pada setitik tempat antara kedua lubang hidung dan bibir bagian atas. Kebanyakan kita hanya mengalami rasa kosong selama berjam-jam, dan hanya dengan sabar dan tahan, teteap tekun dalam konsentrasi, akhirnya tempat tubuh kebal ini menunjukan perasaan-perasaan juga.

Apa gunanya ini semua dari segi doa, tanya anda. Satu-satunya jawaban, yang kuberikan pada tahap ini, hanyalah: jangan bertanya. Lakukanlah apa yang dilatihkan kepada anda, dan anda akan menemukan jawaban sendiri. Kenyataan tidak ditemukan dalam kata-kata penjelasan, tetapi dalam tindakan dan pengalaman. Maka sekarang berusaha, dengan percaya dan tabah (dan ini memang akan sangat diperlukan) dan tidak lamalagi anda akan menemukan jawaban dari pengalaman!

Anda kemudian juga akan menolak menjawab pertanyaan orang lain, juga kalau pertanyaan itu nampak praktis. Semua pertanyaan intinya berkata: “Tunjukan kepada saya”. Dan jawaban yang tepat hanya: “Bukalah mata dan lihatlah sendiri”. Saya lebih suka, anda berjalan mengikuti saya mendaki gunung, dan mengalami matahari terbit, dari pada bersusah-susah mau menggambarkan, bagaimana rasanya kalau anda melihat matahari terbit dari puncak gunung. “Mari ikut dan lihat”, kata Yesus kepada dua murid yang bertanya. Amat bijaksana!

Segala keindahan matahari terbit di puncak gunung dan lebih banyak lagi akan anda temui, tersimpan dalam latihan begitu remeh,hanya menyadari perasaan tubuh berjam-jam dan berhari-hari. Saya anjurkan, anda selalu mulai waktu doa dengan latihan ini. Tekuni latihan itu, sampai anda mencapai ketenangan dan keheningan, lalu baru meningkat pada doa, entah bentuk dan macam doa apa biasa anda lakukan. Anda dapat melakukan latihan ini dengan manfaat penuh pada waktu-waktu lain juga, sepanjang hari: pada waktu-waktu yang saying dibuang, seperti kalau anda menunggu datangnya kereta api atau bis, bila anda lelah dan tegang, mau merasa santai sedikit, bila masih ada sisa waktu beberapa menit, dan anda tidak tahu mau apa.

Saya harap waktunya akan tiba, anda mengalami kesegaran dan kegembiraan dengan penyadaran ini, hingga anda tidak mau pindah pada doa lain lagi. Pada waktu itu anda akan berkanjang di dalamnya dan mengalami santai murni, tersembunyi dalam latihan sederhana ini. Kontemplasi semacam ini, kemudian masih akan saya bicarakan.

Sekarang kita meningkat pada latihan berikut: dapat dirumuskan dalam beberapa kalimat, tetapi harus dilatih dan diulangi lagi kerap kali. Dalam kelompok samadi, saya tidak pernah lupa menganjurkan agar orang selalu mulai dengan latihan ini selama beberapa menit, setiap kali kami berkumpul, dan para anggota saya anjurkan menekuni latihan setiap hari selama beberapa menit, sekurang-kurangnya pagi, siang, malam.

Pejamkan mata. Ualngi latihan yang sebelumnya, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda, dan menyadari semua perasaan yang anda jumpai pada setiap bagian. Lakukan ini selama barang lima menit.

Sekarng pilihlah satu bagian kecil pada wajah anda: misalnya dahi, atau pipi, atau dagu. Cobalah sadari setiap perasaan di bagian ini.

Pada permulaan nampaknya itu tidak ada perasaan sama sekali. Kalau ini yang dialami, sebaiknya mengulang latihan sebelumnya lebih dahulu. Lalu kembali pada bagian yang sudah ditentukan, dan terus bertahan ditempat itu, sampai menemukan suatu perasaan, entah betapa lemahnya. Kalau ada perasaan timbul pertahankanlah itu. Mungkin hilang lagi, atau berubah menjadi perasaan yang lain. Mungkin perasaan-perasaan lain tumbuh disekitarnya.

Sadarilah perasaan macam apa yang timbul: seperti semutan, gatal, panas, mengeliat, mengetar, mendebar, membeku………………..

Jika pikiran menyasar, kembalikan dengan sabar pada latihan, segera sesudah anda sadar akan itu.

Saya ingin mengakhiri bab ini dengan menganjurkan latihan serupa untuk waktu di luar doa. Kalau anda berjalan, sadarilah sebentar gerakan kaki anda. Hal ini dapat anda lakukan dimana saja, juga di jalan ramai. Soalnya bukan mengetahui, bahwa kaki anda bergerak, tetapi merasai gerakan kaki anda. Ini akan membuat anda menyadari, menjadi tenang, tenteram. Bahkan ini dapat dijadikan latihan konsentrasi pula, tetapi ini lalu harus dijalankan pada tempat yang aman, dimana anda tidak dilihat orang. Mereka melihat anda bertingkah, tentunya akan mengira, ada apa-apa ini! Ini latihannya:

Sambil berjalan mondar-mandir di kamar atau di gang, anda mulai memperlambat gerak, hingga anda penuh menyadari setiap gerakan kaki anda. Sadarilah gerakan-gerakan berikut: mengangkat kaki kiri……. mau melangkah maju…..kaki kiri menyentuh tanah….. berat tubuh bergeser pada kaki kiri………
Sekarang mengangkat kaki kanan…..melangkah maju menapakkan kaki ke tanah di muka anda ………dan seterusnya.

Untuk membantu konsentrasi anda dapat berkata dalam hati,
Sambil mengankat kaki kiri: “angkat……angkat…..angkat………..”
Dan kalau bergerak maju: “ gerak…………gerak……..gerak…………”
Dan kalau menapak pada tanah: “ tapak………..tapak………tapak………….”

Latihan ini tidak cocok sama sekali, kalau anda sedang tergesa-gesa. Dan cukup satu kali mencoba, anda terus akan mengerti, mengapa saya melarang anda melakukan ini disuatu tempat, dimana anda tidak hanya dilihat orang, yang tidak mau membuat tafsiran apa-apa.

SHARE THIS
Previous Post
Next Post