Latihan 2 : PENYADARAN TUBUH


PENYADARAN TUBUH

Ambilah sikap yang santai dan tenang. Pejamkan mata.
Sekarang saya akan minta kepada anda, untuk menyadari perasaan-perasaan tertentu yang anda rasakan pada saat ini, tetapi tidak anda sadari betul…………….

Sadarilah sentuhan baju pada bahu anda ……….. ……………………………………
Sadarilah sentuhan kain pada punggung anda…………………………………………
Sentuhan punggung pada sandaran kursi, tempat duduk anda…….................................
Lalu sadarilah sentuhan tangan satu sama lain, atau seperti terletak di pangkuan anda
Lalu sadarilah paha, atau badan anda yang menekan kursi…………………………….
Sadarilah telapak kaki anda menyentuh sandal, sepatu…………………………………
Sadarilah sikap anda duduk secara benar-benar ………………………………………

Sekali lagi: bahu anda………punggung anda………tangan kanan anda…….tangan kiri anda………...paha anda……….telapak kaki anda……..
Sekali lagi: ……..punggung …….tangan kanan……tanagn kiri……paha kanan……. paha kiri………...telapak kaki kanan…….telapak kaki kiri……..sikap duduk……….
Sekarang anda sendiri berkitar, bergerak dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda. Jangan berhenti lebih lama daripada beberapa detik pada setiap bagian: bahu, punggung, paha,dst. Terus berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain.
Anda boleh berhenti pada bagian- bagian tubuh yang saya sebutkan, atau pada bagian lain menurut kehendak: kepala, tengkuk, dada, perut, …… yang penting ialah bahwa anda merasai perasaan pada setiap bagian, dirasai selama dua detik, lalu terus ganti bagian tubuh lainnya.
Latihan sederhana ini memberi rasa santai pada kebanyakan orang. Dalam kelompok-kelompok, yang saya beri latihan ini untuk pertama kalinya, ada juga orang yang merasa begitu tenang, hingga tertidur!
Musuh utama dalam doa itu ketegangan syaraf. Latihan ini menolong anda untuk mengatasi hal itu. Rumusannya mudah: anda santai, kalau anda mulai memperhatikan rasa, kalau anda menjadi sadar penuh akan perasaan-perasaan tubuh, Akan suara-suara disekitar anda, akan pernafasan anda, sesuatu rasa di dalam mulut.
Terlalu banyak orang hidup dengan kepalanya saja – mereka itu biasanya hanya menyadari pikiran dan angan-angan, yang berkeliaran dalam kepala, dan kurang sekali menyadari kegiatan indera dan rasa. Akibatnya, mereka jarang sekali hidup pada saat sekarang ini. Biasanya mereka selalu ada di masa lampau atau masa mendatang. Ada di masa lalu, menyesali kekeliruan yang sudah, merasa salah karena dosa yang dulu-dulu, membanggakan keberhasilan masa lampau, meresahkan rasa tersinggung yang sudah lampau, disebabkan oleh orang lain. Atau hidup di masa depan, khawatir akan apa yang mungkin menimpa diri atau adanya urusan yang kurang menyenangkan, atau juga kebahagiaan nanti, tibanya peristiwa yang dimimpi-mimpikan.
Mengenangkan masa lampau untuk mengambil manfaat, atau bahkan untuk menikmatinya kembali, dan melihat hari depan, lebih awal untuk menyusun rencana, itu semua berguna, asal kita tidak terlalu lama absen meninggalkan masa sekarang ini, waktu yang sedang kita hadapi. Untuk dapat berhasil dalam doa, mutlak perlu kita mengembangkan kemampuan berkontak dengan masa sekarang dan mau tinggal di situ pula. Dan tidak ada cara yang lebih baik untuk hidup dalam masa sekarang dari pada keluar dari kepala dan kembali kepada rasa.
Rasailah udara panas atau dingin di sekitar anda. Rasailah angina lembut, yang membelai tubuh anda. Rasailah panas matahari bersentuhan dengan kulit anda. Rasailah jaringan dan panas dingin benda, yang anda pegang ……. dan rasai beda-bedanya semua itu.

Rasai bahwa anda mulai hidup, kalau kembali pada masa sekarang. Sekali anda sudah menguasai cara menyadari lewat rasa, anda akan heran menemukan perubahan, terutama kalau anda termasuk orang, yang kerap merisaukan masa mendatang atau menyesali masa lampau.

Sepatah kata tentang keluar dari kepala: Kepala itu bukan tempat baik untuk berdoa. Bukan tempat jelek untuk mulai doa. Tetapi bila doa anda terlalu lama tetap ada di sana, lambat-laun akan menjadi kering, terasa gersang dan menjemukan. Anda harus belajar keluar dari alam berpikir-pikir dan berbicara, pindah ke alam rasa, sadar, cinta, intuisi. Itulah alam di mana samadi lahir, dan doa menjadi kekuatan yang merubah, sumber sukacita dan damai tidak habis-habisnya.

Mungkin juga ada satu-dua orang, yang selesai menjalankan latihan ini, merasa dirinya tidak menjadi tenang dan santai, melainkan semakin tegang. Apabila hal ini terjadi, beralihlah pada penyadaran ketegangan anda. Perhatikan, bagian tubuh mana menjadi tegang. Perhatikanlah, seperti apa rasa ketegangan itu. Sadarilah bahwa anda menegangkan diri anda sendiri dan perhatikan sekarang bagaimana itu terjadi.

Kalau saya menggunakan kata “perhatikanlah”, itu bukan maksudnya untuk kembali pada refleksi, melainkan pada perasaan dan penyadaran. Saya tidak dapat cukup menekankan, bahwa latihan ini soal merasai, bukan soal berpikir-pikir. Memang ada orang, yang bila disuruh menyadari lengan, kaki atau tangannya, nyatanya tidak menyadarinya, melainkan membuat gambaran anggota tubuh itu dalam pikiran. Mereka tahu tempat anggota itu dalam tubuh dan mereka menyadari pengetahuan ini. Tetapi mereka tidak menyadari dan merasai anggota badan itu sendiri. Di mana orang lain menyadari adanya kaki atau tangan, kesadaran mereka kosong. Yang mereka punyai hanya gambaran anggota tubuh dalam pikiran.

Cara paling cocok untuk mengatasi hal ini (dan untuk memastikan bahwa anda tidak menggantikan perasaan badan dengan gambaran pikiran) sebaiknya anda menyadari perasaan dan bagian-bagian tubuh itu sebanyak-banyaknya, pada bahu, punggung, paha, tangan, kaki. Ini juga akan menolong anda untuk menaruh perhatian terhadap orang, yang tidak bisa merasai anggota tubuhnya, sebab kiranya nanti anda juga akan menemukan, bahwa hanya sebagian kecil dari tubuh anda tidak berperasaan apa-apa. Sebabnya perasaan anda sudah dimatikan, karena begitu lama terus-menerus hidup dengan kepala saja. Permukaan kulit manusia itu penuh dengan reaksi biokemis bermilyar-milyar, semua ini kita namakan perasaan, dan anda sulit untuk menemukan beberapa saja. Anda telah mengebalkan diri untuk tidak merasakan apa-apa – hampir tentu karena pernah mengalami luka atau konflik rasa, yang lama sudah anda lupakan. Apalagi sekarang daya tangkap dalam kesadaran anda, daya konsentrasi untuk memusatkan perhatian masih lemah dan belum berkembang.

Nanti pada waktunya saya akan menjelaskan hubungan latihan ini dengan doa, dan untuk banyak orang, latihan ini sendiri sudah merupakan salah satu bentuk doa, samadi. Sekarang ini cukup latihan ini diberikan sebagai persiapan untuk doa dan kontemplasi, jalan untuk mencapai ketenangan dan keheningan, sebab tanpa itu doa menjadi sukar, bahkan mustahil.

Sekali lagi pejamkan mata. Sadarilah perasaan-perasaan di berbagai bagian tubuh anda.

Yang paling baik: tidak memikirkan bagian-bagian mana dari tubuh anda, seperti “tangan” atau”kaki” atau”punggung”,tetapi hanya berpindah-pindah dari perasaan satu ke perasaan lain, dan tidak memberi nama atau tanda apa-apa pada anggota dan indra, selama anda menyadarinya.

Bila anda didorong untuk bergerak atau merubah sikap duduk, jangan anda mengikutinya. Hanya sadarilah dorongan itu dan rasa sakit yang mungkin timbul pada tubuh anda dan menimbulkan dorongan itu.

Bertahanlah dalam latihan ini beberapa menit. Anda lambat-laun akan merasa keheningan dalam tubuh anda. Jangan sengaja berhenti menikmati keheningan itu! Teruskanlah latihan penyadaran ini dan biar keheningan itu berlangsung terus dengan sendirinya.

Kalau pikiran mulai menyasar, kembalikanlah pada penyadaran perasaan tubuh, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain. Sampai tubuh menjadi tenang lagi dan pikiran bersama tubuh masuk dalam keheningan, yang membawa damai dan suasana samadi, dekat dengan Tuhan. Tetapi sekali lagi, jangan sengaja berhenti menikmati keheningannya.
Mengapa tidak boleh menikmati keheningan selama mengadakan latihan? Menikmati itu santai dan menyenangkan! Tetapi kalau itu dituruti, ada bahaya anda akan terbius sementara atau memasuki alam kosong, dan tenggelam dalam biusan ini tidak membawa ke arah semadi dan kontemplasi.

Di sini ada semacam hipnose, yang tidak ada hubungannya dengan ketajaman kesadaran atau kontemplasi.

Maka penting sekali, bahwa anda tidak sengaja mau menciptakan rasa diam dan hening dalam diri anda untuk menikmatinya kalau timbul. Yang harus diusahakan justru kesadaran, dan tidak mematikannya dengan pembiusan, meskipun hanya sekedar. Maka meskipun ada keheningan, dan di dalam keheningan, dan di dalam keheningan sendiri, anda harus terus berkanjang dalam latihan kesadaran dan membiarkan keheningan dengan sendirinya berlangsung.

Nanti akan timbul saat-saat, di mana keheningan dan kekosongan menjadi lebih kuat, hinnga tidak memungkinkan usaha atau latihan lebih lanjut dari pihak anda. Di sini sudah bukan anda yang mencari keheningan, tetapi keheningan menguasai dan meliputi diri anda. Kalau ini terjadi, anda boleh menghentikan semua usaha, yang jelas sudah menjadi tidak mungkin lagi, dan menyerah kepada keheningan batin yang menguasai anda: sekarang ini aman dan ada gunanya.

SHARE THIS
Previous Post
Next Post
5 November 2021 pukul 22.30

Apakah ada file/softcopy Latihan 18? Trima kasih ya.

Reply
avatar