Pesan Bapa Paus  Hari Minggu Panggilan ke 49

Pesan Bapa Paus Hari Minggu Panggilan ke 49

PESAN BAPA SUCI
UNTUK
HARI DOA PANGGILAN SEDUNIA KE-49
Minggu Paskah IV, 29 April 2012

Tema:
PANGGILAN SEBAGAI ANUGERAH KASIH ALLAH

Saudara-saudari yang terkasih.
Hari Doa Panggilan Sedunia Ke-49 yang akan dirayakan pada tanggal 29 April 2012, Hari Minggu Paska IV, mendorong kita untuk merenungkan tema: PANGGILAN SEBAGAI ANUGERAH KASIH ALLAH.
Sumber segala karunia yang sempurna adalah Allah. Dia-lah Kasih itu sendiri – Deus Caritas est : “…..barangsiapa tinggal di dalam kasih, tinggal di dalam Allah dan Allah tinggal  di dalam dia (1Yoh.4:16). Kitab Suci menceritakan kisah ikatan awali antara Allah dengan manusia yang mendahului penciptaan itu sendiri. Santo Paulus, ketika menulis surat kepada jemaat Kristiani di Efesus, mengangkat kidung pujian dan syukur kepada Bapa, dimana berkat kebajikan-Nya yang tak terhingga, telah selama berabad-abad menyelesaikan rencana keselamatan universal tersebut, yaitu suatu rencana kasih. Santo Paulus mengatakan  bahwa Allah dalam diri Putera-Nya, “telah memilih kita sejak sebelum penciptaan dunia, untuk menjadi kudus dan tak bercela di hadapan-Nya di dalam kasih” (Ef.1:4). Allah mengasihi kita “jauh sebelum” kita ada. Hanya terdorong oleh kasih-Nya tanpa syarat, Allah telah menciptakan kita “bukan dari barang yang sudah ada” (bdk. 2Mak.7:28), untuk menuntun kita ke dalam persekutuan dengan diri-Nya.
Dalam kekaguman yang amat besar akan penyelenggaraan ilahi itu, seorang pemazmur berseru: “Jika aku melihat langit-Mu, karya jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau-tempatkan, apakah manusia itu sehingga Engkau mengingatnya? Siapakah anak manusia itu sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm.8:4-5). Kebenaran yang paling mendasar dari keberadaan kita termaktub dalam misteri yang menakjubkan ini: setiap makluk, khususnya  setiap pribadi manusia, adalah buah pikiran dan tindakan kasih Allah, suatu kasih tanpa batas, setia dan tak berkesudahan (bdk. Yer.31:3). Penemuan akan realitas kasih semacam ini sungguh-sungguh akan mengubah kehidupan kita secara mendalam. Dalam sebuah halaman yang terkenal dari buku “Pengakuan-pengakuan”-nya, Santo Agustinus mengungkapkan dengan perjuangan keras penemuannya akan Allah sebagai kasih dan keindahan yang amat menakjubkan. Dia adalah Allah yang selalu dekat dengan-nya, kepada-Nya Santo Agustinus akhirnya membuka pikiran dan hatinya untuk diubah: “Terlambat sudah aku mencintai-Mu, Oh Keindahan lama yang selalu baru, terlambat sudah aku mencintai-Mu! Ya, karena ketika Engkau berada di dalam diriku, aku sendiri malah berada di luar sana, dan di luar sanalah aku mencari Engkau. Dalam ketidaksempurnaanku, kulemparkan diriku ke dalam benda-benda ciptaan-Mu yang indah. Dahulu Engkau bersama aku, namun aku sendiri malah tidak bersama Engkau. Benda-benda ciptaan-Mu telah membuatku terpisah dari pada-Mu; namun jika benda-benda ciptaan itu tidak ada di dalam diri-Mu, sesungguhnya mereka sama sekali tidak ada. Engkau memanggil, Engkau berseru-seru, Engkau menghancurkan ketulianku. Engkau memancarkan sinar-Mu dan Engkau mengusir kebutaanku. Engkau menebarkan keharuman-Mu, maka aku menghirupnya dan sekarang aku sangat merindukan-Mu. Aku telah menikmati Engkau, maka sekarang aku semakin lapar dan haus akan Engkau. Engkau menyentuhku dan aku terbakar oleh kerinduan akan damai-Mu” (X. 27.38). Dengan gambaran ini, Santo dari kota Hippo berusaha melukiskan misteri yang tak terperikan dari sebuah perjumpaan antara dirinya dengan Allah, dengan kasih-Nya yang mengubah seluruh hidupnya.
Itulah kasih tanpa batas, kasih yang mendahului kasih kita, kasih yang menopang dan memanggil kita sepanjang jalan hidup kita, kasih yang berakar dari anugerah bebas Allah. Khusus bicara tentang pelayanan imamat, pendahulu saya, Beato Yohanes Paulus II menegaskan bahwa setiap tindakan pelayanan, yang menghantar pada cinta dan pelayanan Gereja, harus mendorong untuk semakin menumbuhkan kasih dan pelayanan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala, Gembala dan Mempelai Gereja, suatu kasih yang selalu menjadi suatu jawaban atas Kasih Allah yang bebas dan cuma-cuma dalam diri Yesus Kristus (Pastores Dabo Vobis, no.25). Itulah sebabnya, setiap ‘panggilan khusus’ lahir dari prakarsa/inisiatif Allah: inilah anugerah Kasih Allah! Allah-lah yang mengambil langkah pertama”, bukan karena Dia telah menemukan sesuatu yang baik dari diri kita, melainkan melulu karena kasih-Nya sendiri “yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rm.5:5).
Di setiap jaman, sumber panggilan ilahi dapat ditemukan pada prakarsa kasih Allah yang tak terbatas, yang mewahyukan diri-Nya secara penuh dalam diri Yesus Kristus. Sebagaimana sudah saya tulis dalam ensiklik Deus Caritas Est (Allah adalah Kasih), “Allah sungguh dapat dilihat dalam sejumlah cara pewahyuan. Dalam kisah cinta yang ditulis dalam Injil, Allah datang kepada kita, Ia berusaha memenangkan hati kita sepenuhnya kepada Perjamuan Terakhir, kepada hati-Nya yang tertikam di atas kayu Salib, kepada penampakan-penampakan setelah kebangkitan-Nya dan kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib melalui perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh para Rasul, dan Ia membimbing Gereja yang baru lahir di sepanjang jalannya. Tuhan tidak pernah absen dalam sejarah Gereja selanjutnya : Ia menjumpai kita secara baru dalam diri pria maupun wanita yang merenungkan kehadiran-Nya, dalam Sabda-Nya, dalam sakramen-sakramen,  khususnya dalam Ekaristi” (no.17).
Kasih Allah adalah kekal-tak berkesudahan. Allah adalah setia terhadap diri-Nya, terhadap “firman yang disampaikan kepada seribu angkatan” (Mzm.105:8). Namun demikian keindahan kasih Ilahi yang mendahului dan menyertai kita, harus diwartakan secara baru, khususnya kepada generasi-generasi yang lebih muda. Kasih Ilahi ini merupakan energi hidup yang tersembunyi, suatu motivasi yang tak pernah pudar, bahkan dalam situasi lingkungan sekitar yang sangat sulit sekalipun.
Saudara-saudari terkasih, hendaknya kita membuka hidup kita terhadap kasih Ilahi itu. Inilah kasih dimana Yesus Kristus memanggil kita setiap hari menuju kesempurnaan kasih Bapa (bdk. Mat.5:48). Tolok ukur hidup Kristiani yang tinggi adalah mengasihi “sebagaimana” Allah mengasihi; dengan kasih yang diwujud-nyatakan secara total, suatu pemberian diri yang setia dan menghasilkan buah. St. Yohanes dari Salib, yang sangat menderita karena hukuman seputar pencopotannya dari jabatan, menjawab dengan menulis (surat) kepada Priorin Biara Segovia, mengajak dia agar bertindak seturut kehendak-Nya: “Jangan berpikir pada sesuatu apapun selain Allah yang mengatur segala sesuatu. Dimana tidak ada kasih, taburkanlah kasih, dan di sanalah engkau akan menuai kasih» (Surat, 26).
Di sinilah, yaitu di ‘lahan’ pemberian dan keterbukaan diri terhadap kasih Allah, dan sebagai buah dari kasih Allah itu, lahirlah dan bertumbuhlah aneka-ragam panggilan. Dengan menimba dari sumber ini melalui doa, melalui bantuan Firman Allah dan sakramen-sakramen, khususnya Ekaristi, memungkinkan kita untuk menghayati kasih kepada sesama, dimana kita mampu mengenal wajah Kristus Tuhan (bdk. Mt.25:31-46). Untuk melukiskan hubungan yang tak terpisahkan antara “dua kasih” ini, – kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama –, dimana keduanya mengalir dari sumber yang sama dan kembali kepada sumber yang sama yaitu sumber Ilahi, maka Paus Santo Gregorius Agung menggunakan kiasan atau perumpamaan tentang penyemaian benih: Di dalam hati kita sebagai sebidang tanah garapan, Allah menanam terlebih dahulu benih kasih bagi kita dan dari benih ini munculah tunas-tunas kasih satu kepada yang lain” (Moralium Libri, sive expositio in Librum B. Job, Lib. VII, cap. 24, 28; PL 75, 780D).
Kedua ungkapan dari satu kasih Ilahi yang tunggal ini haruslah dihayati dengan intensitas khusus dan dengan kemurnian hati oleh mereka yang telah mengambil keputusan untuk menapaki jalan pemurnian panggilan imamat dan hidup bakti; keduanya merupakan unsur yang sangat penting. Kasih kepada Allah – dimana para imam dan kaum religius dipanggil untuk memantulkannya, betapapun tidak sempurna – adalah motivasi untuk menjawab panggilan Allah demi pengudusan hidup secara khusus melalui tahbisan imamat atau pengikraran  nasihat-nasihat Injili. Jawaban Petrus yang berapi-api kepada Sang Guru: ”Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” (Yoh.21:15), merupakan rahasia pemberian diri secara total dan dihayati sepenuhnya, maka dia amat bahagia dengan cara hidup demikian.
Pengejawantahan praktis-aktual lain dari kasih terhadap sesama, khususnya terhadap mereka yang menderita dan berkekurangan, adalah dorongan yang sangat menentukan, yang menjadikan para imam dan para religius sebagai sosok pembangun persekutuan antara umat  dan sang penabur harapan. Relasi antara kaum religius, khususnya antara para imam, dengan komunitas kristiani adalah penting dan menjadi salah satu aspek fundamental dari kasih-sayang mereka. Pastor Yohanes Maria Vianney dari Ars senang dengan ungkapan: “Imam-imam bukanlah imam-imam bagi dirinya sendiri, melainkan bagi kalian semua – jemaat kristiani” (Le curรฉ d’Ars. Sa pensรฉe – Son cล“ur, Foi Vivante, 1966, p. 100).
Saudara-saudaraku yang terkasih para uskup, para imam, para diakon, kaum religius (biarawan-biarawati), para katekis, para petugas pastoral dan kalian semua yang membaktikan  diri dalam bidang pembinaan kaum muda : saya sangat menghimbau anda untuk memberi perhatian terhadap anggota-anggota jemaat paroki, kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan gerejani yang merasakan sebuah panggilan imamat dan hidup yang dibaktikan secara khusus. Amat pentinglah bagi Gereja untuk menciptakan suasana yang memungkinkan banyak kaum  muda mengatakan “ya” sebagai jawaban yang jujur  terhadap panggilan kasih Allah.
Tugas untuk mendorong panggilan adalah menyediakan bimbingan dan panduan yang dapat membantu mereka. Yang utama dari tugas ini adalah cinta akan Firman Allah yang dihidupi dengan cara menumbuhkan sikap akrab dengan Kitab Suci, dengan doa yang terus-menerus dan penuh perhatian, baik secara pribadi maupun dalam kelompok; semua ini akan memungkinkan untuk mendengarkan panggilan Tuhan di antara aneka suara panggilan hidup sehari-hari. Yang lebih penting di antara semua itu adalah sakramen Ekaristi yang harus menjadi pusat dari setiap perjalanan panggilan :  di sinilah kasih Allah menyentuh kita dalam kurban Yesus Kristus, yang menjadi ungkapan sempurna cinta kasih; dan di sinilah kita selalu belajar terus menerus bagaimana menghayati “takaran kesempurnaan” akan kasih Allah. Firman Allah, doa dan Ekaristi merupakan harta karun yang berharga untuk memampukan kita memahami keindahan yang memesona dari sebuah kehidupan yang seutuhnya dibaktikan demi pelayanan  Kerajaan Allah.
Saya berharap bahwa Gereja-Gereja setempat (keuskupan), dan berbagai kelompok di dalamnya, menjadi tempat untuk pemurnian otentisitas aneka panggilan dan menjadi tempat bagi kaum muda untuk memperoleh pendampingan rohani yang serius dan bijaksana. Dengan cara ini, suatu komunitas kristiani dengan sendirinya merupakan manifestasi atau ungkapan  Kasih Allah dari setiap panggilan. Sebagai jawaban atas tuntutan perintah Yesus yang baru,  dpat menemukan pengungkapannya yang unik dan mengesankan di dalam keluarga-keluarga kristiani, dimana kasih keluarga merupakan ungkapan kasih Kristus yang telah memberikan diri-Nya bagi Gereja-Nya (Ef.5:32). Di dalam keluarga, yang merupakan “sebuah komunitas kehidupan dan kasih” (Gaudium et Spes, 48), kaum muda dapat menimba pengalaman yang luar biasa tentang apa artinya kasih yang memberikan diri. Dengan demikian, keluarga-keluarga tidak hanya menjadi tempat istimewa untuk membentuk jati diri manusiawi dan kristiani, tetapi juga menjadi “lahan penyemaian benih-benih panggilan yang utama dan terbaik bagi hidup yang dibaktikan demi Kerajaan Allah” (Familiaris Consortio, 53), dengan membantu anggota-anggotanya melihat secara tepat di dalam keluarga itu sendiri, keindahan dan pentingnya imamat dan hidup bakti. Para imam dan seluruh kaum beriman awam hendaknya selalu bekerja sama, agar di dalam Gereja semakin berlipat-ganda “rumah-rumah dan sekolah-sekolah persekutuan” yang menjadi cerminan harmonis persekutuan Tritunggal Mahakudus di dunia ini, seturut teladan Keluarga Kudus Nazaret.
Dengan doa penuh harapan, dengan tulus saya memberkati kalian semua dengan Berkat Apostolikku, saudara-saudaraku para uskup, para imam, para diakon, para biarawan-biarawati dan seluruh umat beriman, khususnya kaum muda, yang dengan patuh berusaha mendengarkan suara Allah dan siap menanggapinya dengan tulus dan setia.

Dari Vatikan, 18 Oktober  2011
Para Gembala Paroki Cilacap

Para Gembala Paroki Cilacap

Nama : Romo Peter Kurniawan Subagyo, OMI
Tanggal Lahir :Melbourne, 16 Agustus 1962
Tanggal Tahbisan : 24 Nopember 1978
Jabatan : Romo Paroki Cilacap





Nama : Romo Carolus Patrick Burrows, OMI
Asal   :Irlandia
Tanggal Lahir : 8 April
Tanggal Imamat : 21 Desember 1969
Jabatan : Romo Rekan






 

Nama : Vincentius Kaya Wathun, OMI
Asal   :
Tanggal Lahir :
Tanggal Imamat :10 Juli 1993
Jabatan : Romo Rekan
Pengurus Lingkungan St. Mikael

Pengurus Lingkungan St. Mikael

Ketua              : Eusthasius Agus Suyadi

Wakil Ketua   : Petrus K. Suparno

Sekretaris       : V. Rini Yuliwiyati Pramono

Bendahara      : Lie Siok Ing

Seksi-seksi   :

1. Seksi Liturgi                 : R. Sulastri

2. Seksi Sosial                   : M. Riyantini Dian

3. Seksi Peranan Wanita  : B. Sukini Ridwan

4. Seksi Lazarus                : Protasius Djumakir

5. Seksi Pewartaan            : Agnes S. Edy
Pengurus Lingkungan St. Matias

Pengurus Lingkungan St. Matias


Ketua                                       : Martinus Moedjijono

Wakil Ketua                             : H.Y. Suwardiberi

Sekretaris                                : I. Sutardi

Bendahara                              : Eleonora Dwi Ariyanti Suwardi

Seksi-seksi                             

1.      Seksi Liturgi                   : Ch. Theresia Isti Subarno

2.      Seksi Sosial                   : Herman Yosef Priambodo

3.      Seksi Peranan Wanita   : Adriana Titut Tumini

4.      Seksi Lazarus                : H.Y. Suwardi

5.      Seksi Pewartaan            : Fx. Purwanto
PROSEDUR PERNIKAHAN di GEREJA KATOLIK

PROSEDUR PERNIKAHAN di GEREJA KATOLIK

PROSEDUR PERNIKAHAN GEREJA KATOLIKA. TAHAP PERTAMA

1. Pendaftaran pernikahan di Gereja melalui Sekretariat pada paroki masing-masing pada hari kerja (hari
    kerja dan waktu buka seketariat disesuaikan masing-masing paroki

2. Membawa surat pengantar dari lingkungan calon mempelai (baik Pria dan wanitanya). Dalam hal ini Surat
    Pengantar untuk mengikuti KPP (Kursus Persiapan Perkawinan)

3. Membawa Foto Copy Surat Baptis yang diperbaharui :
    1. Katolik dengan Non Katolik - Salah satu calon mempelai yang beragama Katolik
    2. Katolik dengan Katolik – kedua calon mempelai wajib melampirkannya
    Surat Baptis yang diperbaharui berlaku 6 bulan samapai dengan hari H (Pernikahannya)

4. Membawa Pas Foto 3x4 masing-masing 3 lembar

5. Menyelesaikann Biaya Administrasi KPP (Kursus Persiapan Pernikahan), besar biaya disesuaikan paroki
    masing-masing. Dan hal-hal yang berkaitan dengan pendaftaran KPP, bisa ditanyakan di seketariat
    masing- masing paroki.

B. TAHAP KEDUA

1. Selesaikan prosedur Tahap Pertama
2. Mengisi fonnulir dan menyerahkan berkas-berkas pernikahan,
yaitu:

o Surat pengantar dati lingkungan masing--masing
o Sertifikat Kursus Persiapan Pemikahan yg asli dan fotokopinya
o Surat baptis asli yang telah diperbaharui
o Foto berwama berdampingan ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar
o Fotokopi KTP saksi pernikahan 2 (dua) orang yang Katolik

3. Kedua calon mempelai datang ke Romo ybs untuk melakukan pendaftaran penyelidikan kanonik (harus datang sendiri, tidak dapat diwakilkan)
4. Bagi calon mempelai yang belum Katolik danlatau bukan Katolik, harap menghadirkan 2 (dua) orang saksi pada saat penyelidikan kanonik untuk menjelaskan status pihak yang bukan Katolik. Saksi adalah orang yang benar-benar mengenal pribadi calon mempelai yang bukan Katolik dan bukan anggota
keluarga kandungnya.
5. Apabila kedua calon mempelai dari luar Paroki/Gereja dimana domisili calon mempelai harap membawa surat delegasi/pelimpahan pemberkatan pemikahan dari Pastor/Romo setempat (tempat Penyelidikan Kanonik

C. PERNlKAHAN CATATAN SIPIL

1. Datang ke sekretariat Gereja sebulan sebelumnya untuk pengurusan pemikahan catatan sipil dengan membawa: (Bila catatan Sipil dilakukan di Gereja setelah Pernikahan)

o Surat pengantar dari Kelurahan untuk pendaftaran perkawinan
o Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga Kelurahan kedua belah pihak
o Fotokopi Akta Kelahiran kedua mempelai
o Fotokopi SKBRI (WNI). Jika tidak ada, bawa SKBRI/WNI orang tua
o Untuk umat keturunan - Fotokopi Surat Ganti Nama (Bila tidak ada, lampirkan Surat Ganti Nama dari. orangtua)
o Pas foto berdampingan ukuran. 4 x 6 sebanyak 6 lembar

2. Akan dibuatkan pengumuman ke kantor Catatan Sipil sesuai KTP yang bersangkutan dari calon mempelai. (kebijakan ini tergantung catatan sipil setempat)
3. Pada hari "H", Akta Kelahiran asli kedua mempelai dan Surat Pemberkatan Nikah Gereja diserahkan kepada petugas Catatan Sipil
4. Pencatatan pemikahan sipil bisa diurus oleh mempelai sendiri atau oleh Pihak Gereja.

D. BIAYA

1. Untuk besar Biaya disesuaikan dari kebijakan masing-masing Paroki yang bersangkutan dimana akan diadakn pernikahan tersebut. Biaya tidak terikat dan khusus bagi mereka yang kurang mampu, dapat menghubungi Romo Paroki yang bersangkutan, untuk mendapatkan keringanan, dan Bahkan bagi yang sama sekali tidak mampu diberikan kebebasan “semampunya” untuk mengganti biaya-biaya Administrasi.
2. Biaya-biaya tersebut digunakan untuk :

o Pembayaran biaya-biaya administrasi, listrik Gereja terlebih bila Gereja tersebut ber-AC
o Pencatatan Pernikahan Catatan Sipil bila dilakukan di Sekretariat Gereja dan Biaya transport untuk Petugas dari Catatan Sipil setempat.

3. Mintalah Tanda Bukti Pembayaran dari pihak sekretariat.
4. Biaya-biaya diluar Keseketariatan yaitu:
* Bunga dekorasi
* Sumbangan tanda kasih untuk Paduan suara - langsung kepada
dirigen/pimpinan Paduan Suara
* Iura Stolae bagi pastor/Romo yang memimpin upacara Pernikahan (yang sepantasnya berlaku umum). Iura Stolae diletakkan di dalam keranjang buah persembahan. Jika pemikahan dilangsungkan dalam pemberkatan (bukan misa), Iura Stolae diberikan langsung kepada imam setelah pernikahan.

TIPS menghemat Biaya pernikahan

* Tidak menggunakan Weddings Organizer
* Bisa menggunakan fasilitas Kapel (bila terdapat kapel) sehingga biaya operasional gedung gereja lebih effisien (karena Kapel tidak terlalu besar baik dari segi ukuran bangunan maupun penggunaan Daya listrik (Ac bila ada)).
* Bila mempelai adalah anggota Paduan Suara (koor), bisa meminta bantuan team Paduan Suara / koor-nya
* Tidak menggunakan dekorasi bunga secara berlebihan

Catatan:

* Weddings Organizer di luar tanggung jawab gereja dan tidak diperkenankan campur tangan dalam urusan liturgi di gereja.
* Jika upacara pernikahan dirayakan dalam misa kudus hari Minggu, maka liturgi yang di gunakan adalah liturgi hari Minggu yang bersangkutan.
* Persembahan untuk misa adalah: roti dan anggur, buah, bunga (Lilin tidak!)
* Mempelai dimohon mempersiapkan lektor untuk membaca doa umat dan 4 orang pembawa persembahan.
* Format teks pernikahan yang berlaku biasanya disediakan di paroki masing-masing (bisa hubungi pihak sekretariat paroki.
* Jika ada sumbangan sukarela untuk kas putera altar, diletakkan di dalam keranjang buah dengan keterangan yang jelas. Tidak diperkenankan memberi langsung kepada putera altar yang bersangkutan (jika hanya pemberkatan langsung diserahkan kepada imam yang bersangkutan).
* Tidak ada biaya untuk koster dan pihak sekretariat secara pribadi.
* Permintaan surat baptis yang diperbaharui atau surat-surat lainnya kepada pihak sekretariat dikenai sumbangan sukarela yang langsung dimasukkan dalam kotak sumbangan administrasi yang disediakan di kantor sekretariat.
* Hal-hal khusus lainnya langsung ditanyakan kepada pastor paroki

E. PERSIAPAN-PERSIAPAN DAN KELENGKAPAN LAIN

1. Yang perlu dipersiapkan oleh Pengantin ialah

* Bentuk Panitia dari keluarga (2-3 orang)
* Salib, Rosario dan Kitab Suci
* Persembahan: buah-buahan, dan bunga persembahan
* Bunga untuk Bunda Maria
* Menentukan/memilih kelompok Paduan Suara/Koor
* Buku Panduan Pernikahan (harap dikonsultasikan dahulu dan mendapat persetujuan dari Pastor/romo yang akan memberkati)
* Cincin Perkwainan kedua mempelai
* Saksi Pernikahan
* Dekorasi bunga (Lihat biaya diluar keseketariatan)
* Putera Altar akan disiapkan dari Gereja.
* Segala perlengkapan Gereja (kecuali yang disebutkan diatas) akan
disiapkan oleh Koster Gereja

Kebijakan Paroki Tentang Pernikahan Pada Masa Khusus
Pada prinsipnya gereja dilarang merayakan misa ritual pada hari Minggu selama masa khusus. Aturan ini tercantum dalam Misale Romanum terbaru art. 372. beberapa hal yang harus diperhatikan melalui pernyataan di atas adalah:

1. Misa ritual adalah perayaan yang berkaitan dengan sakramen (mis: pernikahan) atau sakramentali (pemberkatan rumah).
2. Masa khusus meliputi:

Adven

Masa persiapan kita untuk menyongsong pesta Natal (hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus); sekaligus masa penantian eskatologis (kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, yaitu dalam kemuliaan-Nya pada akhir jaman).

Rabu Abu

Abu adalah sisa-sisa pembakaran daun palma yang telah kering yang berwarna hitam. Dalam Kitab Suci, abu antara lain mengungkapkan:

*
sesuatu yang tidak berharga;
*
kesengsaraan;
*
kerendahan diri di hadapan Allah (bdk. Kej 18:27);

Dalam upacara Rabu Abu (awal masa prapaskah) dahi kita diberi abu untuk mengungkapkan kelemahan dan dosa kita yang ditandai dalam proses matiraga (puasa dan pantang) dan tobat.

Prapaskah

Mempersiapkan para calon Baptis untuk memberi arti dan menghidupi sakramen Baptis yang akan mereka terima pada Hari Raya Paskah/Masa Paskah.
Mempersiapkan seluruh umat beriman akan Yesus Kristus untuk bisa lebih memaknai dan menghayati hidup dalam persatuan dengan sengsara-wafat-kebangkitan-Nya.

Pekan Suci (Minggu Palma - Kamis Putih - Jumat Agung - Sabtu Suci -Malam Paskah - Minggu Paskah)

Minggu Palma

Perayaan kemenangan Kristus Raja dengan penyambutan-Nya di Yerusalem; sekaligus pewartaan penderitaan-Nya sebagai jalan menuju kemuliaanNya.

Kamis Putih

Mengalami kembali tiga penstiwa penting, yaitu:

* persembahan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur kepada Bapa dan para rasul sebagai makanan dan minuman yang berdasarkan Kasih-Nya kepada dunia (pendirian sakramen Ekaristi);
* penugasan para rasul dan penggantinya dalam imamat yang juga dipersembahkan sebagai kurban;
* perintah Yesus mengenai Kasih Persaudaraan.

Jumat Agung

Merenungkan sengsara Tuhan Yesus Kristus, domba kurban kita yang dipersembahkan dan kita menyembah salibNya (lih. 1Kor 5:7) melalui Sabda yang diperdengarkan untuk kita semua. Gereja mau menampilkan keikutsertaannya pada detik-detik terakhir sengsara dan wafat Yesus. Dan lewat Sabda yang dibacakan hari itu terungkaplah kekayaan teologi salibi
pengorbanan total Allah untuk kita. Permenungan ini berangkat
dari luka Kristus yang wafat pada salib disertai dengan doa bagi keselamatan seluruh dunia. Sifat Jumat Agung yang demikian ini menyadarkan kita untuk menghayatinya secara khusus sebagai hari tobat.

Sabtu Suci

Merenungkan penderitaan, wafat, dan turunnya Kristus ke alam maut / dunia orang mati (lih. 1Pet 3:19). Saat itulah Yesus mewartakan keselamatan kekal kepada mereka yang mati sebelum Kristus hadir secara fisik. Begitu pentingnya makna Sabtu Suci ini sehingga tidak deperkenankan mengadakan sakramen-sakramen kecuali sakramen tobat dan sakramen pengurapan orang sakit (lih. Litterae Circurales De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrands art. 75).

Malam Paskah

Merupakan malam tirakatan (vigili) bagi Tuban (bdk. Kel 12:42 sikap berjaga-jaga bangsa di Israel yang akan dibebaskan dari perbudakan Mesir). Tirakatan ini diadakan untuk mengenang malam kudus Tuhan yang bangkit. Perayaan ini HARUS dilaksanakan pada waktu malam dan berakhir setelah fajar Minggu. Seperti umat Israel yang dibimbing oleh tiang api saat keluar dari Mesir, demikian juga orang-orang Kristiani pada gilirannya mengikuti Kristus Sang cahaya abadi dalam kebangkitan-Nya.

Paskah

Hari raya kebangkitan Tuhan telah tiba! Dengan demikian misa Minggu Paskah HARUS dirayakan dengan meriah.
OktafPaskah

Delapan hari khusus gereja untuk merayakan puncak dan inti iman kita akan Yesus Kristus yang bangkit untuk kita.

Peringatan arwah semua orang beriman (setiap tgl. 02 November)

Peringatan Gereja secara khusus bagi semua orang yang telah meninggal dunia untuk memperoleh indulgensi (kemurahan hati atau pengampunan Allah) mela1ui doa-dao yang kita panjatkan.



Berdasarkan makna dan suasana masa khusus dari dua dokumen liturgi, yaitu: Misale Romanum dan Litterae Circurales De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrands, Biasanya ada kebijakan (tergantung paroki setempat) berkaitan dengan perayaan upacara pemikahan, sbb:

1. Dalam masa Adven dan Prapaskah masih diijinkan untuk melangsungkan upacara pemikahan dengan memperhatikan kesederhanaan. Ukuran kesederhanaannya adalah:

A. Masa Adven

Gereja

*
Hiasan bunga diijinkan hanya di sekitar altar.
*
Tidak menggunakan karpet di lorong.
*
Tidak ada hiasan bunga di sepanjang lorong menuju altar.
*
Tidak ada hiasan bunga di pintu masuk gereja.
*
Warna liturgi mengikuti masa yang berlaku

Imam dan mempelai

*
Kasula imam berwarna putih.
*
Mempelai diperkenankan membawa bunga tangan.
*
Diperkenankan mempersembahkan bunga di patung Maria.

B. Masa prapaskah

Gereja

*
Hiasan bunga TlDAK DIIJINKAN sarna sekali dan diganti
*
dengan dedaunan secukupnya di sekitar altar.
*
Tidak menggunakan karpet di lorong
*
Tidak ada hiasan bunga di sepanjang lorong menuju altar
*
Tidak ada hiasan bunga di pintu masuk gereja
*
Wama liturgi mengikuti masa yang berlaku
*
Orgen/alat musik lainnya hanya bersifat mengiringi lagu (tidak ada instrumental)
*
Lagu-Iagu juga tidak sebanyak masa liturgi umum (dikonsultasikan dengan imam)

Imam dan mempelai

*
Kasula imam berwarna putih
*
Mempelai diperkenankan membawa bunga tangan
*
Diperkenankan mempersembahkan bunga di patung Maria

2. Dalarn upacara Rabu abu, pekan suci, oktaf paskah, dan peringatan arwah semua orang beriman 2 November TlDAK DIIJINKAN untuk melangsungkan upacara pernikahan.

3. Kebijakan ini akan berubah (bersifat tentatif) setelah dokumen khusus tentang pernikahan dari KWI mendapat pengesahan dari Vatikan dan diberlakukan di Keuskupan-keuskupan di Indonesia.
MARRIAGE ENCOUNTER

MARRIAGE ENCOUNTER

Apakah ME itu?

Suatu gerakan dalam gereja Katholik yg bertujuan memperbarui Gereja untuk kepentingan Dunia, dengan cara membuat keluarga lebih baik, meneguhkan sakramen perkawinan dan sakramen Imamat,

Weekend ME, diperuntukan bagi pasangan suami istri, imam, bruder dan suster.

Sejarah Marriage Encounter Sedunia

Sejarah Marriage Encounter dimulai di Spanyol pada tahun 1952, ketika seorang imam muda bernama Gabriel Calvo Pr, dikunjungi oleh sepasang suami istri. Mereka meminta bimbingan bagaimana mengabdi kepada Tuhan sebagai pasangan. Jadi bukan sebagai pribadi tapi sebagai pasangan. Maka imam muda ini mulai membuat seri pertemuan untuk pasangan suami-istri.

Pater Calvo Pr juga bertugas sebagai pembimbing pelajar sekolah lanjutan atas, Ia menemukan dari pengalaman bahwa kesulitan yang timbul dalam diri anak-anak bimbingannya berhubungan erat dengan keadaan kehidupan orangtua mereka. Akhirnya Calvo sampai pada kesimpulan, bahwa untuk menanganinya harus dimulai dari orangtua sebagai suami-istri, lalu ia membuat pertemuan-pertemuan untuk memperbaiki relasi pasangan suami-istri.

Setelah bekerja selama 10 tahun. akhirnya dihasilkan suatu program, dan dicoba dalam satu weekend di barcelona tahun 1962. dan diberi nama Encuentro Conyugal.
Dan program ini menjalar ke Amerika latin dan kemudian ke Amerika. Di Amerika,sejak tahun1970, weekend diadakan setiap minggu dan New york berkembang menjadi pusat gerakan ME.. Di tahun 1974 dibentuk gerakan sedunia dengan memakai nama Worldwide Chatolic Marriage Encounter.

Saat ini tidak kurang dari 105 negara, termasuk indonesia sudah mengenal Marriage Encounter.

Worldwide Marriage Encounter (WWME) mengatur diri menjadi 7 sekretariat : Asia, Afrika, Europe, Pacific, USA, Canada dan Latin America.

Sejarah Marriage Encounter Indonesia

Suatu hari Sr. Patricia dari Gembala Baik mengikuti weekendnya yang pertama di Amerika. Beliau begitu terkesan oleh pengalamannya, sehingga waktu kembali ke Indonesia, beliau menceritakan kepada Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Soekoto SJ tentang gerakan Marriage Encounter. Bapak Uskup merasa sangat tertarik mengingat di Indonesia juga banyak pasangan mengalami macam-macam masalah dalam hidup perkawinan mereka.

Kemudian Bpk Uskup mengirimkan Pastor Adolf Heuken SJ ke Belgia untuk mengundang Team ME datang ke Indonesia.

Pada tanggal 25-27 Juli 1975 Weekend ME pertama diberikan oleh Team Belgia di Kompleks Evergreen Tugu Puncak. Team Belgia terdiri dari Pastor Guido Heyrbaut Pr, Inneke & Andre de Hondt dan Simmy & Rene Mues. Peserta weekend tersebut terdiri dari 9 pasutri dan 2 imam termasuk Bapa Uskup Agung sendiri. Pada akhir weekend tersebut Bpk Uskup memberikan penilaiannya, bahwa usaha pembinaan keluarga katolik semacam ini baik untuk dilanjutkan dengan menggunakan tenaga sendiri dalam bahasa kita sendiri.

Maka Weekend pertama dalam bahasa Indonesia dapat terlaksana di Samadi Shalom Sindanglaya yang diikuti oleh 13 pasutri dan 2 suster (salah seorang adalah Sr. Patricia yang sangat memberi semangat). Dengan ini dimulailah perkembangan Marriage Encounter di Indonesia dengan tenaga sendiri dalam bahasa sendiri. Dan ME di Indonesia berkembang menjadi 16 Distrik, 4 wilayah dan 5 lingkungan.

Gerakan Marriage Encounter

Visi : Cintailah satu sama lain seperti AKU telah mencintaimu
Misi : menyatakan nilai perkawinan dan imamat dalam gereja dan di seluruh dunia

Kapan Sebaiknya Anda ikut Weekend ME?

1. Bila anda ingin menikmati kembali saat saat masa romans anda, seperti saat anda berdua sebagai sepasang kekasih,
2. Bila anda memerlukan saat saat untuk anda berdua saling berbagi perasaan , tentang kegembiraan, tentang harapan, tentang masa depan, maka anda berdua berkesempatan untuk membicarakan dari hati ke hati.
3. Bila ada sesuatu hal kecil atau hal besar yang agak mengganggu relasi anda berdua dan sulit dibicarakan, maka program ME membantu anda berdua untuk lebih saling membicarakan dengan penuh kasih.
4. Bila anda memerlukan penyegaran dalam perkawinan anda.
5. Bila anda mau mengembangkan kemampuan anda untuk saling mendengarkan, saling mengampuni, saling berbagi beban dan menerima pasangan apa adanya
6. Bila anda mau memperbaharui panggilan anda, baik sebagai pasutri, sebagai Imam, Bruder dan Suster.

Bagaimana ME membantu Relasi Perkawinan?

Didalam weekend ME, kita akan belajar suatu cara komunikasi yang unik, yang kalau dijalankan … maka saling pengertian, saling memahami akan dapat dicapai.
Saling pengertian ini bukan hanya meningkatkan relasi kita sebagai pasangan, tapi juga relasi kita dengan anak-anak, dengan orang tua & mertua dan dengan sesama.

Kegiatan ME Distrik VI Bandung

Weekend Marriage Encounter diadakan 4 sampai 5 kali dalam setahun, mulai jumat sore sampai minggu sore.

Kegiatan after care yg berkesinambungan setelah weekend misalnya :
• Kelompok dialog, Renewal, Enrichment, talk show, seminar dll

Ikut serta dalam karya kerasulan gereja, khususnya dalam bidang keluarga,antara lain:

• Pendampingan orang tua pemandian bayi & orang tua komuni pertama.
• Membantu dalam kursus persiapan perkawinan
• Seminar, talk show dll tentang keluarga.
• Family Encounter.
• Pertemuan untuk orang tua
LEGIO MARIAE

LEGIO MARIAE

Frank Duff dan Lahirnya Legio Maria.

Legio Maria lahir tgl 7 September 1921 dengan anggota pertamanya Frank Duff, Pastor Micahel Toher dan 13 wanita. Ada yang mengatakan bahwa para wanita itu mayoritas berumur di bawah 20 tahun. Sejarah awal perkembangan Legio tidak bisa dipisahkan dari sejarah hidup Frank Duff. Oleh sebab itu, sebelum berlangkah lebih lanjut dengan Legio Maria, kita mengenal dulu siapa pendirinya.

Frank Duff lahir di Dublin tanggal 7 Juni 1889 sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara pasangan suami istri John Duff dan Susan Frehill dengan nama asli Francis Michael Duff. Pada umur 18 tahun dia menjadi pegawai negeri sipil dan bekerja di departemen keuangan. Sebagai seorang yang sangat dikenal sebagai jagoan matematika, masa depannya pasti sangat cerah di departemen yang basah itu. Namun dalam usia 24 tahun dia bergabung dalam Serikat Santo Vincentius (SVP=Saint Vincent de Paul Society) yang kemudian sungguh-sungguh mengubah hidupnya. SSV bertujuan untuk membantu orang-orang yang mengalami kesulitan dan tekanan besar (karena pengangguran dan kemiskinan) dan membangkitkan semangat hidup rohani kaum miskin. Frank melihat bahwa berkenaan dengan kemendesakan dalam pelayanan jasmani (membantu orang-orang miskin secara ekonomi) maka aspek kerohanian menjadi kurang diperhatikan.

Namun yang menarik perhatian Frank Duff adalah sabda Yesus yang sangat ditekankan dalam SVP: “Segala sesuatu yang kamu lakukan bagi saudaraku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk aku” (Mat 25:40). Dari sini kita bisa melihat hubungan yang begitu erat antara Legio Maria dan SVP. Frank Duff mau menguatkan aspek spiritual yang saat itu agak terbengkalai sehingga Legio Maria muncul untuk mengisi kekosongan itu. Saya belum sungguh-sungguh membuat studi tentang hal ini, tetapi saya berani mengatakan bahwa itulah sebabnya Legio Mariae, dalam sistemnya, tidak mengizinkan penggalangan dana sosial atau penyalur bantuan sosial material dan financial.

2. Frank Duff dan Bakti Sejati.

Sejak masa mudanya, Frank Duff merupakan seorang katolik yang saleh. Dia menjalankan 10 perintah Allah, hadir misa secara teratur, dam juga berdevosi kepada Bunda Maria. Namun dia tidak mempunyai pemahaman yang memadai tentang dasar-dasar devosi kepasa Bunda Maria dan juga tidak sungguh-sungguh mempunyai pehatian dan minat terhadap peran Maria dalam rencana penyelamatan Allah. Namun tahun 1918 dia menemukan buku Bakti Sejati karya St.Louis Marie de Montfort. Baginya, tahun itu merupakan tahun rahmat Allah.

Pada suatu sore, Frank sedang membereskan ruangan setelah mereka mengadakan pertemuan SSV. Seorang temannya, Vincent Kelly sedang bercakap-cakap dengan teman-temannya yang lain sambil memegang buku Bakti Sejati. Vincent Kelly sungguh berapi-api dalam menjelaskan apa yang menjadi isi buku tulisan St. Montfort itu dengan penuh penghargaan. Beberapa hari kemudian Frank menemukan buku itu di toko buku dan membelinya. Dia membacanya sampai habis namun tidak sungguh-sungguh terkesan. Dia menilai bahwa Montfort terlalu berlebihan dalam menampilkan keistimewaan Bunda Maria. Kemudian temannya yang lain, Tom Fallon, meyakainkan Frank untuk membacanya sampai habis dan berulang-ulang untuk mendapatka pemahaman yang mendalam tentang buku itu, dan dia melakukannya. Frank seakan-akan mendapatkan pencerahan khusus sehingga dia dapat memahami isi buku tersebut. Sebenarnya Frank sudah berdevosi kepada Bunda Maria sebelumnya dan berdoa kepadanya secara teratur, seperti yang dikatakannya kepada Paus Paulus VI dalam suratnya tahun 1964. “Sejak tahun 1914 saya berdoa 5 peristiwa roasrio setiap hari tanpa bolong.” Namun sejak tahun 1918 (“pertmuannya” dengan Bakti Sejati), Frank sungguh-sungguh terinspirasi untuk mengenal secara lebih dalam ajaran Mariologi (Teologi tentang Bunda Maria) karena kalau tidak, mungkin dia akan terjerumus ke dalam bentuk devosi yang dangkal memalukan.

3. Lahirnya Legio.
Anggota SSV semakin banyak maka mereka memutuskan untuk membaginya menjadi dua dan salah satu kelompok bermarkas di Myra-House dengan ketuanya Frank Duff. Pastor Paroki setempat, yaitu Pater Michael Toher ikut bergabung dalam kelompok itu. Dalam kelompoknya, Frank Duff selalu menyertakan pembahasan buku Bakti Sejati dalam setiap pertemuan bulanan SSV dan para anggota terlibat dalam diskusi yang hangat dan antusias. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengagendakan waktu khusus untuk membahas buku Bakti Sejati dan ajaran St. Montfort. Rencana itu terlaksana dengan baik dan mendapat tanggapan yang antusias dari para hadirin.

Dalam pertemuan SSV berikutnya, seorang anggota memberikan laporan yang menarik tentang kunjungannya di Rumah Sakit Dublin. Pada saat itu, tugas kunjungan ke rumah sakit itu hanya dilakukan oleh laki-laki. Sesudah pertemuan itu, dua wanita mendekati Frank Duff dan P. Michael Toher, untuk menanyakan apakah wanita juga boleh mengambil bagian dalam kunjungan ke rumah sakit? Permintaan para wanita itu mendapat restu dari Frank Duff dan Micahel Toher dan kedua laki-laki itu meminta kalau bisa menarik beberapa wanita lainnya untuk bergabung. Lalu mereka berjanji untuk bertemu (membahas kegiatan para wanita itu di rumah sakit) tgl 7 September jam 8 malam.
Pada waktu yang telah ditentukan, berkumpullah 13 wanita yang mayoritas gadis muda, P. Michael Toher dan Frank Duff. Tak seorang pun yang sadar bahwa hari yang mereka tentukan adalah malam menjelang Pesta Kelahiran Bunda Maria.

Ketika Frank masuk, dia terpesona dengan penataan ruang pertemuan. Di atas meja ada patung Bunda Maria Tak bernoda dengan bunga dan lilin di sekitarnya, sama persis dengan penataan altar pertemuan legio saat ini. Tentu saja belum ada veksilium. Yang mengagumkan, penataan ruangan tidak dibahas sebelumnya. Ini hanyalah inisiatif dari seorang peserta baru, yaitu Alice Keogh. Menurut penafsiran banyak orang, Alice Keogh (yang merupakan anggota baru) datang dan mengundang Bunda Maria. Namun menurut Frank Duff, Bunda Maria sendirilah yang hadir mendahului mereka, dia sendiri yang mau hadir di tengah mereka untuk menyambut mereka yang mendaftarkan diri untuk melayani dia. Mereka bukan saja datang untuk membentuk sebuah perkumpulan (organisasi) melainkan untuk menyediakan diri bagi suatu tugas pelayanan, untuk mencintai dan melayani seseorang. Patung itu mengingatkan mereka bahwa Maria selalu hadir di tengah mereka. Pada awalnya, perkumpulan itu dinamakan Perserikatan Maria Berbelaskasih dan kemudian menjadi Legio Mariae.

Anggotanya berusaha untuk menyatukan dalam hidupnya apa yang telah mereka pelajari dari ajaran Bakti Sejati kepada Bunda Maria menurut St. Montfort. Penekanannya terletak dalam pelayanan praktis, yaitu melayani Bunda Maria, bukan hanya dalam perkataan melainkan juga dalam perbuatan. Mereka akan melayani dia dengan melayani Puteranya Yesus Kristus yang hadir dalam setiap manusia yang mereka jumpai. Mereka akan melayani Kristus yang menderita dalam diri para pasien di rumah sakit, mereka akan menghibur Yesus yang kesepian dalam diri orang yang hidup sendirian, mereka akan bertemu dengan kanak-kanak Yesus dalam diri anak-anak yang mereka jumpai, mereka akan mencari Kristus yang tersalib dalam diri setiap pendosa. Dengan memandang patung di atas altar, mereka selalu diingatkan bahwa Bunda Kristus sendirilah yang mengutus mereka untuk suatu tugas isitimewa. Mereka selalu bergantung kepadanya dan berjuang untuk menjalani hidup yang suci dalam persatuan dengan dia. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa panggilan mereka adalah: “Melayani Bunda Maria, demi kemuliaan Allah.” Mereka memilih Elisabteh Kirwin sebagai ketua Legio yang pertama, dia merupakan anggota tertua dan termiskin dari antara semua yang hadir dalam rapat pertama itu. Elizabeth Kirwin (naman aslinya Elizabeth O’Loughlin) adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya (John Kirwin), seorang penyala lampu jalanan. Setelah ditinggal suaminya, dia bekerja sebagai cleaning service.

4. Perkembangan Legio Mariae.

Dalam beberapa tahun, beberapa presidum terbentuk di sekitar Dublin. Pada awalnya, anggota Legio Maria semuanya perempuan. Namun apakah Legio Maria memang hanya untuk perempuan (organisasi khusus wanita). Sebenarnya tidak juga, tetapi kecenderungan itu terjadi untuk menghindari kesan seolah-olah Legio Maria adalah saingan dari SSV. Pada dasarnya ada banyak kesamaan anatara SSV dan Legio Mariae, karena Legio Mariae mengambil akarnya dari SSV. Legio Mariae lebih menekankan keselarasan dan keseimbangan antara katya fisisk dan pelayanan rohani. Namun Frank Duff sendiri tetap menjadi salah satu anggota presidum untuk memperlihatkan bahwa Legio Maria terbuka juga buat laki-laki.

Pengakuan pertama dari pimpinan Gereja datang bukan pertama-tama dari uskup di Dublin, melainkan Mgr. Donald McIntosh, Uskup Agung Glasgow (Skotlandia) tahun 1928 ketika Frank Duff berkunjung ke sana. Sebuah presidium langsung didirikan di Glasgow dan dalam waktu singkat, Legio Maria berkembang di Skotlabdia dan presidium pertama di Inggris (London) dimulai tahun 1929 atas persetujuan Kardinal Bourne, di London. Sebenarnya Uskup Agung Dublin juga sudah tahu tentang keberadaan Legio Maria dengan segala aktivitasnya, namun dia belum memberikan pengakuan resmi. Menjelang akhir tahun 1930 wakil Uskup Roma (wakil Paus), Kardinal Marchetti- Selvaggiani, mengundang Frank Duff ke Roma untuk menjelaskan Legio Maria. Dalam memenuhi undangan itu, pada tahun 1931 Frank Duff mendapat kehormatan untuk bisa bertemu dan berbicara pribadi dengan Paus Pius XI yang memberikan restu bahwa Legio Maria boleh menyebar ke seluruh dunia.

Presdium Legio Maria pertama di luar Inggris Raya lahir tanggal 27 November 1931 di New Mexico, Amerika. Tahun 1932, para uskup dan imam dari berbagai negara menghadiri kongres International tentang Ekaristi di Dublin. Mereka mendapat kesempatan untuk diperkenalkan dengan Legio Maria. Setelah pulang mereka mendirikan Legio Maria di tempat asalnya, sehingga Legio Maria lahir di Los Angeles dan St. Louis (Amerika) dan kemudian Legio Mariae menyebar di seluruh Amerika. Namun demikian, tidak semua “pejabat” Gereja menyambut kehadiran Legio Maria dengan antusias. Bahkan di Dublin sendiri pun mendapat banyak kritikan dari para imam. Legio Maria dan Frank Duff dituduh mengangmbil alih tugas para imam. Demikian pun dalam penyebarannya di negara lain, tidak semua imam antusias mendukung Legio Maria. Maka benarlah kalau Uskup Charles Helmings, Pemimpin Rohani pertama Senatus Amerika mengatakan: ”Saya tidak menganjurkan Legio Maria kepada para imam, religius, atau kaum awam dengan cara mengagungkannya. Saya juga tidak meminta seseorang untuk merendahkannya karena kesederhanaan dan kerendahan hatinya. Tetapi silahkan coba saja.” Perkambangan Legio Maria di Amerika serta hubungannya dengan ajaran St. Montfort terbantu dengan adanya Majalah “Maria Ratu Segala Hati” pimpinan P. Roger Charest SMM yang terbit setiap dua bulan.

Legio Maria masuk Afrika berkat usaha P. James Moynagh, seorang misionaris imam dari Irlandia yang bekerja di Nigeria dan Micahel Engkeng, seorang awam yang dedikasinya kepada Gereja dan Legio Maria mendapat pengakuan dari Mgr. McGetterick, Uskup Ogoja. Presidium pertama di Nigeria lahir tgl 7 September 1933. Salah satu tokoh terkenal yang dimiliki Legio Maria adalah Edel Quinn yang lahir di Inggris tgl 14 September 1914. Dia masuk Legio Maria sejak meninggalkan bangku sekolah ketika keluarganya pindah ke Dublin. Sebagai seorang gadis muda, dia dikirim oleh Concilium untuk menjadi misionaris awam (perempuan) di Afrika untuk memenuhi permintaan Mgr. Hefferman, uskup di Zanzibar, Afrika Timur. Dia bekerja selama 8 tahun di Afrika sebelum dia meninggal dunia tgl 12 Mei 1944 di Nairobi, Kenya karena kesehatannya yang buruk dan sulitnya wilayah pelayanan di sana. Namun dia sudah menjelajah ribuan kilometer untuk menyebarkan Legio Maria di Uganda, Kenya, Afrika Selatan, Kepulauan Mauritius, dan Danau Victoria. Edel Quinn telah menjadi “martir” pertama Legio Maria.

Tahun 1953 Concilium mengirim utusan untuk menyebarkan Legio Maria di Amerika Latin. Mereka berkeliling dan menyebarkan Legio Maria di Kolombia, Ekuador, Brazil, Argentina, dll. Tak terhitung jumlah uskup Amerika Latin yang memberikan mengakuan dan penghargaan yang tinggi atas karya Tuhan melalui para missionaris awam yang tergabung dalam Legio Maria.

Legio Maria masuk Filipina melalui Amerika. Kita tahu bahwa sejak tahun 1898 Filipina “dijual” oleh Spanyol ke Amerika. Sejak saat itulah Filipina mengaku diri telah merdeka dari penjajahan Spanyol namun sebenarnya mereka mendapat penjajah baru, yaitu Amerika. Ada banyak orang Amerika di Filipina dan demikian sebaliknya, banyak sekali orang Filipina yang bermukim di Amerika. Bahkan banyak sekali orang Filipina yang memegang pasport Amerika. Orang Filipina sangat terkenal keaktivannya dalam hidup menggereja di mana pun mereka berada. Orang-orang Filipina di Amerika bergabung dalam Legio Maria dan mereka membawanya ke Filipina. Bahkan Uskup Agung Manila, Mgr. O’Dougherty mengakui bahwa Legio Maria telah menghidupkan kembali semangat beriman dari umat katolik Filipina.
Konsul Kedutaan Rusia di London bahkan secara peribadi mengunjungi Frank Duff memintanya untuk memperkenalkan Legio Maria di Rusia. Maka tahun 1969, sekelompok legioner dari Irlandia terbang ke Moskow. Salah satu anggota rombongan itu adah Pater Bradshaw (penulis buku biografi Frank Duff).
Sayang sekali bahwa saya belum sempat mempelajari kapan dan bagaimana sejarah masuknya Legio Maria ke Indonesia. Mungkin itu akan menjadi tugas perwira dewan (Kuria).

5. Akhir Hidup Frank Duff.

Hal yang terindah atau boleh dikatakan paling membanggakan dari kehidupan Frank adalah ketika dia diundang sebagai peserta awam dalam Konsili Vatikan II di Roma tahun 1965. Dia secara khusus diundang karena dia merupakan salah satu tokoh awam yang sangat berpengaruh dan berjasa melalui karya Legio Maria di dalam Gereja dan masyarakat. Dalam salah satu sessi diskusi, Frank di perkenalkan oleh Kardinal Heenan dari Inggris di hadapan 2500 uskup dari seluruh dunia. Dalam pertemuan pribadinya dengan Paus Paulus VI tgl 11 Desember 1965, Sri Paus berkata: “Tuan Duuf, saya ingin berterima kasih kepadamu atas pelayananmu untuk Gereja dan ingin menyatakan penghargaan saya atas segala yang telah dilakukan Legio Mariae. Tahun 1979 Frank masih mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II atas Sri Paus ke Vatican. Dan akhirnya dia mengembuskan nafas terakhirnya tgl 7 November 1981 dalam usia 91 tahun.

(Sumber: bahan Retret Legio Maria Kuria Batam, by : RP. Kasimirus Jumat, SMM)




Pada 7 Desember 1921 di Dublin, Irlandia, 15 orang awam Katolik berkumpul untuk membicarakan bagaimana melaksanakan pelayanan sebagai kaum awam yang merasul. Setelah memohon bantuan Roh Kudus dan mendoakan rosario, mereka memutuskan untuk pergi dalam kelompok-kelompok kecil, bisa hanya berdua, mengunjungi Rumah Sakit di Dublin yang penuh dengan pasien-pasien miskin, tanpa kerabat dan orang jompo. Mereka kemudian juga memutuskan untuk kembali bertemu setiap minggunya. Peristiwa inilah yang mendasari lahirnya Legio Maria: berdoa bersama-sama, melaksanakan pekerjaan merasul dan pertemuan mingguan. Dari awal yang sederhana, dibimbing oleh Roh Kudus dan semangat Bunda Maria dalam karya pelayanan, bentuk kerasulan Legio Maria ini menyebar ke seluruh dunia.

Legio Maria kini berkarya di lebih dari 1900 keuskupan di seluruh dunia dan diperkirakan kini telah memiliki lebih dari 3 juta orang anggota aktif dan menjadikannnya organisasi kaum awam yang paling banyak anggotanya dalam hirarki Gereja Katolik.

Walaupun merupakan organisasi kaum awam, hirarki Gereja Katolik sangat mendukung Legio Maria ini. Pada tahun 1965 Frank Duff sebagai pendiri Legio Maria diundang oleh Paus Paulus VI menghadiri Konsili Vatikan II sebagai wakil dari kaum awam. Ini menandakan pengakuan, penghargaan dan juga dukungan Gereja bagi karya kerasulan awam Legio Maria.

Terakhir kali Paus Yohanes Paulus II hadir dalam pertemuan Legio Maria di Italia, 30 Oktober 1982 dan mengucapkan pidato yang indah sebagai berikut:
”Kalian adalah semangat Maria yang mulia, bukan saja karena kejayaan para Legioner membawa nama Maria sebagai benderanya, tetapi di atas itu karena mendasarkan metode spiritualitas dan kerasulan dalam prinsip yang dinamis dalam kesatuan dengan Bunda Maria, dalam kebenaran bahwa Maria berpartisipasi langsung dalam rencana keselamatan. Dalam kata lain, kalian berkehendak untuk mewujudkan pelayanan kalian kepada semua orang yang adalah wajah Kristus sendiri, dengan semangat dan kasih Maria.”

Seperti semangat sejak awal didirikannya oleh Frank Duff, Legio Maria di seluruh dunia berkarya dan merasul dalam semangat yang sama dengan para Legioner di seluruh dunia, yakni karya pelayanan dan doa, sebagai alat Roh Kudus dalam semangat Maria. Pelayanan Legio Maria mencakup kunjungan ke orang sakit, orang jompo, penjara, kunjungan kepada orang-orang dan keluarga yang membutuhkan bantuan kerohanian. Dalam hal kehidupan kerohanian mereka sendiri, setiap anggota berkumpul untuk pertemuan mingguan dalam kelompok kecil yang disebut presidium untuk berdoa bersama dan merencanakan karya kerasulan mereka.

Anggota Legio Maria sendiri terbagi atas dua jenis:

Anggota Aktif, yang bertemu setiap minggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk berdoa, melaporkan dan menerima penugasan pelayanan. Para Legioner diwajibkan untuk merahasiakan hal-hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan mereka, termasuk juga penugasan mereka. Mereka juga wajib mendoakan doa Catena yang merupakan doa wajib mereka, setiap hari.

Anggota Auxilier, adalah anggota pendoa Legio Maria, biasanya adalah kaum rohaniawan/wati atau para imam yang tidak mungkin menjalankan penugasan seperti anggota aktif Legio Maria, tetapi mereka mendoakan karya Legio Maria. Ada pula kaum awam yang tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas anggota aktif tetapi bersedia mendoakan Doa Tessera setiap hari, di mana di dalam Doa Tessera juga ada Doa Rosario juga dapat diangkat sebagai anggota Auxilier.

Presidium terdiri dari sekitar 6 hingga 20 anggota aktif. Dalam struktur ketentaraan Romawi kuno, presidium adalah unit terkecil dengan tugas khusus. Nama ini yang juga dipakai untuk unit terkecil Legio Maria, di mana para anggotanya berkarya dalam doa dan pelayanan. Umumnya sebuah presidium terdiri di sebuah paroki, beranggotakan umat paroki tersebut dengan sepengetahuan pastor paroki yang kemudian juga bertindak sebagai penasehat presidium. Tetapi bisa saja di sebuah paroki terdapat lebih dari satu presidium di mana dapat dibentuk presidium-presidium yang khusus, seperti di paroki Prapatan terdapat presidium khusus untuk anak-anak dan ibu-ibu, walaupun secara umum, presidium Legio Maria harus terbuka bagi semua orang awam Katolik, laki-perempuan di atas 18 tahun yang tergerak oleh semangat Roh Kudus untuk menerima tugas-tugas yang diberikan. Frank Duff sendiri menyatakan bahwa keanggotaan Legio Maria terbuka bagi semua orang Katolik, bukan orang-orang yang khusus tapi orang Katolik biasa yang hidup dalam kehidupan yang biasa pula, yang berpendidikan atau tidak, pekerja, pensiunan dan pengangguran, tanpa memandang kelas, warna kulit atau ras, bahkan yang oleh kebanyakan orang kebanyakan dianggap primitif atau tertekan.

Mengenai hirarki dalam Legio Maria, ya, Legio Maria memiliki hirarki juga. Unit terkecil nya, seperti sudah disebutkan tadi, dinamakan presidium. Presidium-presidium berada di bawah Kuria. Kuria yang akan menentukan pembukaan sebuah presidium baru, apabila terdapat anggota-anggota baru yang memiliki anggota aktif yang lebih senior. Beberapa Kuria membentuk Komisium, beberapa Komisium membentuk Regia dan akhirnya Senatus yang melakukan koordinasi para Legioner di sebuah negara. Di atas itu terdapat Konsilium yang disebut Konsilium Legionis Maria yang berada di Dublin, Irlandia.

Struktur ketentaraan Romawi dipakai sebagai semangat para Legioner untuk, seperti para prajurit Romawi berserah setia pada kaisarnya lewat jendralnya, berserah setia untuk memuliakan Allah. Para legioner juga ingin meneladani para tentara Romawi yang dikenal karena keberanian, semangat, disiplin dan keberhasilan mereka. Para Legioner menghayati bahwa komando tertinggi mereka adalah Bunda Maria sendiri yang menginginkan semua anak-anaknya, kita semua, lebih dekat pada Putra tunggalnya Yesus Kristus.

Walaupun kedengarannya militan, Legioner justru mengambil semangatnya pada semangat jiwa Maria sendiri, kerendahhatian Maria, kepatuhannya pada rencana Tuhan, kasihnya yang besar, doa-doanya yang tak kunjung putus, kesuciannya, kesabarannya, kebijaksanaannya, cintanya pada Tuhan, dan di atas segalanya, adalah iman Maria yang tak tersaingi oleh manusia lain.

Nama-nama presidium atau kuria sendiri diambil berdasarkan sebutan Bunda Maria, misalnya ”Ratu Rosari”. Bisa juga dari gelarnya, misalnya ”Yang Dikandung Tanpa Noda” atau juga peristiwa dalam hidup Bunda Maria.

Di atas sebetulnya sudah dijelaskan sedikit, ada dua sisi yang harus berjalan beriringan, yaitu kehidupan doa bersama dan kehidupan karya kerasulan. Secara mendetil ada 4 hal yang tercakup dalam buku panduan Legio Maria, yaitu:

1. Kehadiran yang tetap dan tepat waktu pada setiap pertemuan mingguan presidium dan memberikan laporan yang jelas terhadap tugas-tugas yang diterima sebelumnya.
2. Doa Catena setiap hari
3. Pelaksanaan karya aktif legioner dalam semangat iman dan dalam kesatuan dengan Bunda Maria
4. Rasa hormat mendalam terhadap aspek kerahasiaan dari banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan atau yang dipelajari dalam karya para legioner.

Doa Catena sendiri sebetulnya adalah doa Magnificat, pujian Maria saat bertemu Elizabeth, yang didahului antifon dari Kitab Salomo 6:10 ”Siapakah Puteri itu yang datang sebagai fajar menyingsing kemerah-merahan, indah penaka bulan, gemerlap laksana surya, dahsyat bagaikan balatentara yang siap sedia bertempur?”

Anggota aktif bertemu setiap minggu sekitar 1,5 jam dengan Pemimpin Rohani mereka (atau asistennya) untuk berdoa bersama, melaporkan hasil penugasan mereka dan menerima penugasan mereka dari Ketua Presidium untuk seminggu kemudian. Penugasan anggota Legioner adalah pekerjaan yang kira-kira membutuhkan waktu dua jam dalam setiap minggunya dan harus disetujui oleh Pemimpin Rohani. Legioner wajib menjaga kerahasiaan mutlak akan hal-hal sensitif yang dibicarakan atau dipelajari dalam rapat mereka atau dalam pelayanan mereka. Anggota aktif setiap hari wajib berdoa Catena (Magnificat). Pelayanan setiap presidium dapat berbeda-beda tapi setiap anggota Legio Maria wajib melaksanakannya bersama dengan seorang anggota lainnya, berdua. Anggota baru menjalankan tugasnya bersama anggota yang lebih senior hingga ia dapat mendampingi anggota yang lebih baru kelak. Misi yang paling utama adalah melakukan hubungan dengan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan-kesulitan dan mendampingi serta menjaga agar iman mereka tetap bertahan. Beberapa kemungkinan tugas mereka sehubungan dengan misi Legio Maria adalah misalnya membantu dan mempersiapkan orang-orang untuk memperoleh Sakramen-sakramen Gereja, bisa juga dengan mengajar iman Katolik, bisa kepada anak-anak atau orang dewasa, membantu pastor paroki melakukan sensus umat di wilayahnya, mengunjungi orang-orang yang dipenjara, orang-orang sakit baik yang dirawat di rumah sakit atau di rumah, dan mengunjungi orang jompo. Bisa juga membantu membagikan rosario atau media Katolik di wilayahnya.

Anggota auxsilier, kelompok pendoa Legio Maria adalah kaum awam beriman atau pastor atau biarawan/biarawati yang tidak mampu atau tidak bersedia melaksanakan tugas-tugas anggota aktif. Anggota auxilier mendoakan doa Tessera, yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, rangkaian doa rosario, doa Catena dan doa-doa penutup. Anggota auxilier dihubungi sekurang-kurangnya sekali setahun oleh anggota aktif di presidium mana mereka tergabung. Mereka akan hadir bersama-sama anggota aktif saat Acies, sekitar 25 Maret, pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, peringatan wajib Gereja Katolik. Anggota auksilier dihormati pula pada setiap tanggal 8 September, hari Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.

Semua orang Katolik yang tergerak hatinya oleh Roh Kudus dapat menjadi Legioner. Umumnya hanyalah syarat umur, yaitu minimal 18 tahun, tetapi secara khusus, dapat dibentuk sebuah presidium khusus untuk remaja antara 10 hingga 18 tahun yang berada di bawah bimbingan Legioner yang sudah senior. Anggota Presidium Yunior ini tentu saja menjalankan tugasnya sesuai dengan tingkatan umur dan kemampuan mereka. Untuk bergabung dalam suatu presidium, seseorang harus mengajukan keinginannya kepada presidium tersebut, lalu mengikuti pertemuan-pertemuan dan menerima penugasan, dalam masa percobaan selama sekitar 3 bulan. Bila orang tersebut memenuhi syarat dasar, seperti tepat waktu dan menjalankan penugasannya, ia dapat diterima sebagai anggota penuh dengan mengucapkan janji Legioner di depan presidium.

Materi siaran ini terutama berdasarkan buku panduan Legio Maria, ditambah dengan beberapa website, di antaranya
web resmi Concillium Legio Mariae http://www.legion-of-mary.ie
web informasi http://www.legionofmary.org/
web senatus singapura http://www.legiomariae.net/

SEMANGAT LEGIO MARIA

“Semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri. Legio terutama berusaha meniru kerendahan hatinya yang luar biasa, ketaatannya yang sempurna, keindahannya yang laksana malaikat, doanya yang terus menerus, mati raga yang menyeluruh, kemurniannya yang tak bercela, ketaatannya yang gagah berani, kebijaksanaannya yang surgawi, pengorbanannya untuk kasih akan Allah dan diatas segalanya imannya, bahwa kebajikan tanpa batas hanya ada pada dirinya dan tidak ada duanya. Dijiwai oleh kasih dan iman Maria ini, Legio sanggup melaksanakan tugas apa saja dan setiap karya dan “tidak pernah mengeluh bahwa suatu tugas adalah tidak mungkin, karena yakin bahwa mereka boleh dan dapat melakukan apa saja” (Buku Pegangan Legio Maria Hal.13)


LEGIO MARIA
MENGHADIRKAN MARIA DALAM KONTEKS TUBUH MISTIK


2 Ajaran Pokok dalam Sistem Legio Maria:

* Doktrin Tubuh Mistik Kristus (Mystical Body of Christ)

* Bakti Sejati Kepada Maria (True Devotion to The Blessed Virgin; St. Louis Marie de Montfort)

1. LEGIONER DAN TUBUH MISTIK KRISTUS

Dalam rapat Legio yang pertama kali (7 September 1921), sudah ditekankan bahwa pengabdian legioner harus bersifat adikodrati. Mereka harus mendekati sesamanya dengan penuh keramahan, tetapi motivasi mereka bukan semata-mata ini saja. Dalam diri setiap orang yang mereka layani, mereka harus melihat Pribadi Yesus Kristus sendiri. Mereka harus mengingat bahwa apa yang mereka lakukan untuk sesamanya – bahkan untuk yang paling lemah dan paling hina – mereka lakukan untuk Tuhan sendiri.

Mat 25:40
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Sistem Legio disusun atas dasar prinsip-prinsip yang merupakan konsekwensi dari doktrin Tubuh Mistik Kristus. Doktrin ini membentuk tema pokok dalam surat-surat Santo Paulus, ini tidak mengherankan, karena penjelasan doktrin ini telah membuat Santo Paulus bertobat.

Ada cahaya yang memancar dari langit. Pengejar orang-orang Kristen yang kejam jatuh tersungkur ke tanah dan menjadi buta. Lalu ia mendengar suara nyaring yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakan engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” (Kis 9:4-5)

Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus dan kepenuhan-Nya. (lih. Ef 1:22-23)
Kristus adalah Kepala, bagian utama yang tidak dapat digantikan, dari mana anggota-anggota tubuh yang lain mendapatkan kekuatan dan daya hidup. Oleh Sakramen Baptis, kita dipersatukan dengan Kristus oleh suatu ikatan yang paling erat yang dapat dibayangkan. Kita harus sadar bahwa “mistik” bukan berarti “tidak nyata”. Menurut kata-kata dalam Kitab Suci “Kita adalah anggota Tubuh-Nya” (lih. Ef 5:30)


“Kristus adalah Kepala Jemaat, Dialah yang menyelamatkan Tubuh.”
Kegiatan Tubuh Mistik adalah kegiatan Kristus sendiri. Umat beriman disatukan dalam Dia, untuk kemudian hidup, menderita dan mati bersama-Nya, dan bangkit bersama Kebangkitan-Nya. Pembaptisan menguduskan karena membangun hubungan vital antara Kristus dan jiwa-jiwa dimana kekudusan Kepala mengalir ke anggota-anggota. Sakramen-sakramen yang lain dan terutama Sakramen Ekaristi, mempererat ikatan antara Tubuh Mistik dan Kepala-Nya.

2. AJARAN BAPA GEREJA TENTANG TUBUH MISTIK KRISTUS

Santo Siprianus
He writes that "the Church is one, with one head and one origin... " (De Catholicae ecclesiae unitate, 5).

Santo Athanasius
He says that through the Incarnation and the Redemptive act on Calvary, all men are intimately connected with Christ. The whole human race is elevated and brought into a greater participation in the supernatural life. In his work against the Arians, Athanasius writes: "For just as the Word, having assumed a body, became man, so also, we men have been assumed to the Word through the Flesh, and are made inheritors of eternal life and bearers of God through Him" (III Contra Arianos, 34).


Santo Agustinus
Our Lord Jesus Christ, like a whole and perfect man, is head and body... His body is the Church, not simply the Church that is here in this particular place, but both the Church that is here and the Church which extends over the whole earth; not simply the Church that is living today, but the whole race of saints, from Abel down to all those who bill ever be born and believe in Christ until the end of the world, for all belong to one city. This city is the body of Christ... This is the whole Christ: Christ united with the Church. (In Psalms 90, serm.2).

Santo Thomas Aquinas
"The head and members are as one mystical person, and therefore Christ's satisfaction belongs to all the faithful and His members" (S.T.III, 48, 2, 1)


3. Tubuh Mistik Kristus dalam Dokumen Gereja

· MYSTICI CORPORIS CHRISTI (On the Mystical Body of Christ)
Paus Pius XII, 29 Juni 1943
The doctrine of the Mystical Body of Christ, which is the Church,[1] was first taught us by the Redeemer Himself. Illustrating as it does the great and inestimable privilege of our intimate union with so exalted a Head, this doctrine by its sublime dignity invites all those who are drawn by the Holy Spirit to study it, and gives them, in the truths of which it proposes to the mind, a strong incentive to the performance of such good works as are conformable to its teaching. For this reason, We deem it fitting to speak to you on this subject through this Encyclical Letter, developing and explaining above all, those points which concern the Church Militant. To this We are urged not only by the surpassing grandeur of the subject but also by the circumstances of the present time.
The Holy Father quotes the words of Leo XIII who stated "Let it suffice to say that, as Christ is the Head of the Church, so is the Holy Spirit her soul" (Mystici Corporis, I.17).
Pius XII also brings out the idea that the Eucharist is the source and symbol of unity in the Mystical Body since the Incarnate Word unites men to Himself in a real way by means of His presence in the Eucharist (II.82).
· KONSILI VATIKAN II
Konstitusi Dogmatik tentang Gereja
Lumen Gentium

Due to Christ's universal salvific will, all men are called to Catholic unity (LG II.13) and all are related to the Church in one way on another. The Catholic faithful are fully incorporated into the Church (LG II.14) and catechumens are truly joined to the Church. Non-Catholic Christians "are indeed in some real way joined to us in the Holy Spirit for, by his gifts and graces, his sanctifying power is also active in them and he has strengthened some of them even to the shedding of their blood" (LG II.15). The Council Fathers also state that those who have not yet received the Gospel are related to the Church in various ways (LG II.16). Since Christ died for all men, each is given the grace to be saved. The Church tries to embrace all people to bring them into full participation in the Mystical Body. The Church, by Her very nature is apostolic. Her primary work is to bring men to the fullness of truth and incorporate them into Her Body. As the Word was sent by the Father, so the members of the Church are sent by Christ to bring all people to Him. The Church is the extension of Christ in time and is, as Pius XII teaches, equivalent to the Mystical Body of Christ. We as members of the Church through baptism and those who are saved in voto, are united to Christ in a very real way, so much so that Christ could say: "As long as you did it to one of these least brethren, you did it to Me" (Mt 25:40).


4. MARIA DAN TUBUH MISTIK KRISTUS DALAM KACAMATA AJARAN SANTO MONTFORT

· Peran Maria dalam Rencana Keselamatan

Tempat Khusus Maria dalam Rencana Keselamatan Allah

Melalui Santa Perawan Maria, Yesus Kristus telah datang ke dunia. Melalui Maria pulalah Dia harus berkuasa di dunia. (BS. 1)

Maria tinggal sangat tersembunyi selama hidupnya. Karena itu oleh Roh Kudus dan Gereja ia disebut “Alma Mater”, “Bunda yang tersembunyi dan tidak dikenal”. Kerendahan hati Maria begitu mendalam, sehingga tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dengan kuat dan terus-menerus menarik bagi Maria selain menyembunyikan diri terhadap dirinya sendiri dan terhadap setiap mahluk, sehingga hanya Allah sendiri saja yang mengenal Maria. (BS 2)

Maria adalah karya seni yang sangat indah dari Allah Yang Mahatinggi; Allah mengkhususkan Maria bagi diriNya untuk dikenal dan dimiliki. Maria adalah Bunda Allah Putera yang pantas dikagumi. Alah berkenan membiarkan dia sederhana dan tersembunyi selama hidupnya guna menonjolkan kerendahan hatinya. Sebab itu Ia memperlakukan Maria sebagai orang asing dan menyapanya dengan sapaan “wanita”, “mulier” (Yoh 2:4; 19:26). Tetapi di dalam hatiNya, Ia menghargai dan mengasihinya lebih dari semua malaikat dan manusia. Maria adalah “mata air yang termeterai” (Kid 4:12) dan mempelai Roh Kudus yang setia. Hanya Roh Kudus lah yang bertempat tinggal di dalam Maria. Maria adalah bait suci dan tempat istirahat Tritunggal Mahakudus. Di situ Allah hadir lebih agung dan lebih ilahi daripada di manapun di alam raya, tidak terkecuali tempat tinggal-Nya di atas para kerubim dan seraphim. Tak satu mahlukpun, betapa murninya, boleh masuk ke dalam rahim Maria, kecuali jika diberi hak istimewa.(BS 5)

Allah Bapa telah membuat Maria mengambil bagian dalam kesuburan-Nya sejauh seorang mahluk murni mampu untuk itu. Ia memberi Maria kemampuan untuk melahirkan Putera-Nya dan semua anggota Tubuh Mistik-Nya. (BS.17)

“Seorang dan seorang telah lahir di dalam Maria”, kata Roh Kudus. Beberapa Bapa Gereja menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Manusia pertama yang dilahirkan di dalam Maria adalah Allah Manusia-Yesus Kristus; dan manusia kedua adalah manusia biasa, anak Allah dan Maria melalui pengangkatan. Kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus, lahir dari Maria, maka dengan sendirinya orang-orang terpilih yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin anggota-anggota tanpa kepala...(BS 32)

Apabilah anda memelihara Maria, pohon kehidupan, dengan baik di dalam jiwa anda melalui penghayatan dan pengalaman bakti ini maka pada waktunya dia akan membuahkan hasil, dan hasil itu tidak lain daripada Yesus Kristus. Saya melihat begitu banyak pria dan wanita yang saleh sedang mencari Yesus Kristus, yang satu melalui jalan ini dan praktik ini, yang lain mencarinyan di tempat lain.

Setelah bekerjaa berat sepanjang malam, sering kali mereka berkata, “Sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa” (Luk 5:5). Dapat dikatakan kepada mereka: Anda telah bekerja keras teapi hanya sedikit hasil yang bisa dibawah pulang (Hak 1:6). Yesus Kristus masih sangat lemah di dalam diri anda. Tetapi melalui jalan yang tak bernoda, yaitu Maria, dan melalui praktek Ilahi yang saya ajarkan, orang bekerja pada siang hari, dalam suatu ruang suci, dengan sedikit usaha. Di dalam Maria tidak malam atau bayangan gelap sekecil apapun, kerena tidak perna ada dosa di didalam dia. Maria dalah suatu tempat suci, Ruang Mahakudus dimana para orang kudus dibentuk dan dituang.

Mohon anda perhatikan apa yang saya katakan: Para orang kudus dituang di dalam Maria. Ada perbedaan besar membuat patung yang diukir dengan pukulan palu dan pahat dan membuat patung dengan menuang bahannya ke dalam sebuah mal. Para pemahat patung dan pengukir kayu bakerja keras untuk membuat sebuah patung menurut metode pertama dan hal itu memerlukan banyak waktu. Tetapi apabilah orang memakai metode yang kedua, maka hal itu memerlukan kerja sedikit dan kurang memakan waktu. Santo Agustinus menyebut perawan suci ‘mal tuang Allah’, “Kalau aku menamakanmu mal Allah”, demikian katanya, “hal itu kerena engkau pantas”. Sebuah mal yang pantas untuk di membentuk dan menuang anak-anak Allah. Barang siapa dituang kadalam mal Ilahi ini maka akan secepatnya dibentuk dan dituang dalm rupa Yesus Kristus dan Yesus Kristus akan terbentuk di dalam dia . Ia akan menjadikan anak Allah tanpa banyak susah dan dalam waktu singkat kerena telah dituang kedalam mal yang sama yang pernah membentuk Allah.

Para pembimbing rohani dan pribadi-pribadi saleh yang mau membentuk Yesus Kirstus di dalam dirinya sendiri atau di dalam diri orang lain dengan cara yang lain dari pada yang telah saya lukiskan, Saya kira bisa baik sekali didandingkan dengan para pemahat patung. Mereka mengandalkan ketrampilan, usaha, serta rasa seninya sendiri. Dengan ketukan bertubi-tubi dari palu dan pahatnya mereka berusaha membuat patung Yesus kristus denga sebongkah batu keras atau dari sebatang kayu yang kasar. Tetapi kadang-kadang mereka tidak berhasil untuk menampilkan Yesus Kristus sesuai dengan asli-Nya, baik kerena kurang pengetahuan dan pengalaman tentang pribadi Yesus kristus maupun kerena ketukan yang salah merusak seluruh karya. Tetapi siapa yang memili karya rahmat yang saya tawarkan ini, tepat kiranya bila saya bandingkan mereka dengan pelebur dan penuang: Mereka telah menemukan mal yang indah yaitu Maria, dimana dulu Yesus Kristus telah di bentuk sepenuhnya menurut kodrat manusia dan Ilahi. Mereka tidak mengandalkan dengan kepandaianya sendiri, melainkan kepada mutu mal yang istimewa. Mereka menuangkan dan menghilangkan diri didalam Maria guna menjadi gambaran Yesus Kristus sesuai dengan asli-Nya.

Sungguh suatu perbandingan yang indah dan tepat! Tetapi siapa yang akan memahaminya? Saya harap anda, saudara dan saudari terkasih. Tetapi jangan lupa bahwa ke dalam sebuah mal hanya bisa dituang apa yang telah lebur dan cair. Dengan kata lain, bongkarlah Adam lama di dalam diri anda dan leburlah dia supaya menjadi yang baru dalam Maria.


BAKTI SEJATI KEPADA MARIA (klik)


Proyeksi Ajaran Santo Montfort dalam Buku Pegangan Legio Maria

Semua aktivitas Tubuh Mistik terutama akan efektif bila dilakukan dengan sadar bersama-sama Maria.Maria merupakan penghubung utama dalam persatuan ini karena kedudukannya sebagai ibu, baik dari Kepala maupun anggota-anggota-Nya. Satu-satunya tujuan keberadaan Maria ialah untuk mengandung dan melahirkan Kristus seutuhnya, yaitu Tubuh Mistik dan semua anggota-anggota-Nya. Utuh dan sempurna, rapi tersusun dan diikat menjadi satu dengan Yesus Kristus, Kepala-Nya. Maria mewujudkannya dengan kerjasama dan kekuasaan Roh Kudus, yang adalah Hidup dan Jiwa Tubuh Mistik. Dalam pangkuan dan asuhan Maria, jiwa tumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, dan mencapai kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Agar dapat menghargai pelayanan yang seharusnya mewarnai kehidupan legioner dalam Tubuh Mistik, kita harus berpaling kepada Perawan Suci kita. Ia telah dilukiskan sebagai jantung dari Tubuh Mistik. Seperti jantung dalam tubuh manusia, perannya ialah mengedarkan darah Kristus melalui pembuluh darah ke seluruh Tubuh Mistik dengan memberikan kehidupan dan perkembangan. Tugas ini terutama suatu karya kasih di atas segalanya. Oleh karena itu para legioner ketika menjalankan tugas kerasulannya dalam persatuan dengan Maria dipanggil untuk bersatu dengan dia dalam peran vitalnya sebagai jantung dari Tubuh Mistik.

· Devosi Sejati kepada Maria mewajibkan kerasulan

....Kita tidak dapat memilih dengan teliti dalam diri Kristus; bahwa kita tidak dapat menerima Kristus yang mulia tanpa pada saat bersamaan membawa ke dalam kehidupan kita Kristus yang menderita dan dijatuhi hukuman mati; karena hanya ada satu Kristus yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Kita harus menerima Dia seutuhnya seperti dia apa adanya.

Dan tentu saja, hukum yang sama berlaku bagi Perawan Yang Terberkati. Iapun juga tak dapat dipisah-pisahkan kedalam bagian-bagian yang dapat kita pilih dengan sesuka hati mana yang cocok bagi kita. Kita tidak dapat bergabung dengan dia dalam kebahagiaannya tanpa pada saat yang bersamaan hati kita ikut merasakan penderitaannya.
Jika kita mau seperti Santo Yohanes murid yang dikasihi, menerima dia di dalam rumahnya (Yoh 19:27), maka kita harus menerimanya seutuhnya. Sudah jelas bahwa devosi kepada Maria harus menyelesaikan dan mencoba menghasilkan setiap aspek dari kepribadian dan misinya. Devosi untuk Maria yang memadai hanya dapat dicapai melalui persatuan dengan dia. Persatuan harus dalam arti bermasyarakat dengan Maria; dan kehidupan Maria tidak terdiri dari tuntutan untuk dikagumi tetapi justru untuk mengkomunikasikan rahmat.

Keseluruhan tujuan hidup Maria adalah menjadi ibu, pertama sebagai ibu Kristus dan kemudian sebagai ibu umat manusia. Untuk kesemuanya ini, ia sudah dipersiapkan dan diciptakan oleh Allah Tritunggal sesuai tujuan kekal (Santo Agustinus).
Karena tugasnya sebagai ibu atas jiwa manusia adalah fungsi utama dan keseluruhan hidupnya, maka tanpa turut ambil bagian dalam tugas itu tidak akan terjalin persekutuan yang sungguh-sungguh dengannya.

Maka itu perlu ditegaskan sekali lagi; penghormatan yang benar kepada Maria mewajibkan untuk kita untuk merasul, melayani jiwa-jiwa. Maria tanpa tugasnya sebagai ibu dapat disamakan dengan orang Katolik tanpa hidup merasul.

Sesungguhnya Legio tidak didirikan, seperti beberapa orang menyangka, berdasarkan dua prinsip, ialah Maria dan Kerasulan, tetapi berdasarkan prinsip tunggal: MARIA YANG MERANGKUL KERASULAN DAN KESELURUHAN HIDUP KRISTIANI.